Lihat ke Halaman Asli

Sony Kusumo

Menuju Indonesia Surplus

Raden Patah, Raja Demak Keturunan Ibu Tionghoa

Diperbarui: 24 Juni 2021   06:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Raden Patah, Raja Demak Keturunan Ibu Tionghoa

Meski tidak sampai 100 tahun berdiri, Kesultanan Demak tetap memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia. Demak merupakan kerajaan pertama yang jadi pelopor penyebaran Islam di Jawa dan juga nusantara.

Kesultanan Demak berhasil meruntuhkan Kerajaan Majapahit sekaligus mengawali perjalanan sejarah Islam di Indonesia. Raden Patah adalah tokoh dibalik keberhasilan Demak meraih kekuasan atas tanah Jawa kala itu.

Raden Patah yang kemudian menjadi raja pertama Kesultanan Demak disebut sejumlah sumber sejarah merupakan putra dari Prabu Brawijaya, seorang raja Majapahit. Menurut cerita Raden Patah dibuang ayahnya ke Palembang.

Masa kecil dari Raden Patah dihabiskan bersama ibunya yang bernama Siu Ban Ci. Memiliki darah keturunan Tionghoa membuat Raden Patah kecil sering dipanggil Jin Bun.

Baca juga: Raden Patah Mendirikan Kerajaan di Glagah Wangi

Jin Bun sendiri memiliki arti orang kuat, sementara Fatah atau Patah dalam nama Arab berati kemenangan. Nama Jin Bun tidak memiliki marga depan karena keturunan ayahnya merupakan orang Jawa.

Ibunda dari Raden Patah yang merupakan selir dari Raja Majapahit konon diusir oleh ratu asal Campa. Sang ratu merasa cemburu dan meminta raja untuk membuangnya dari kerajaan.

Pindah ke Palembang, ibu dari Raden Patah dinikahi oleh Aryo Damar yang kala itu jadi penguasa Palembang. Bersama Aryo Damar, Siu Ban Ci memiliki anak yang bernama Raden Kusen.

Raden Kusen kemudian menemani Raden Patah merantau ke Pulau Jawa untuk menghindar dari ayahnya. Saat itu Raden Patah diminta ayahnya menjadi bupati Palembang namun menolak.

Baca juga: Raden Patah, Penghancur Kerajaan Hindu-Buddha Terakhir di Nusantara, Siapakah Dia?

Tinggal di Pulau Jawa kemampuan dari Raden Patah terus berkembang hingga membuat Majapahit kuatir. Dirinya membuka hutan Glagahwangi untuk dijadikan sebuah pesantren.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline