Lihat ke Halaman Asli

Membaca Ulang Perangkat Komunikasi

Diperbarui: 17 Juni 2015   22:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menuju Masa Lalu.

Perangkat Komunikasi Purba. Manusia awal mungkin hanya mengenal komunikasi melalui hal-hal yang amat sangat sederhana : komunikasi non verbal. Bisa dalam bentuk tanda dari benda-benda alam, bunyi-bunyian mulut atau alat-alat purba, gerakan tangan, tubuh, dan sebagainya. Lalu berlanjut dengan komunikasi aksara dan bahasa. Lalu berlanjut menjadi surat menyurat, perangko, dan pos yang mewarnai komunikasi jarak jauh via orang, hewan, atau merpati.

Masa Kini.

Awalnya 1837. Telegraf ditemukan. Komunikasi berbasis sandi morse yang dilewatkan melalui kabel dengan denyut listrik. Berlanjut pada 1877, telepon ditemukan, teknologi selanjutnya dari telegraf. Pada saat yang hampir bersaamaan GEM, gelombang elektromagnetik, diperkenalkan. Penemunya mengatakannya sebagai temuan yang sia-sia, sampah dan sama sekali tak berguna. Tapi kini beragam teknologi dan perangkat komunikasi modern justru berawal darinya termasuk smartphone. Dan yang termutakhir adalah internet.

Internet dan Ekspresi Sosial.

Internet. Dalam terminologi teknologi elektronika, basis dari segala macam teknologi digital yang ada, imajiner dikarakteristikkan dengan sifat reaktif. Dalam teknologi pembangkitan listrik, ia bisa berupa daya reaktif, dan seterusnya. Artinya, imajiner itu bersifiat riil, nyata, ada, wujud, dan eksis. Boleh jadi itulah yang mendasari perilaku dunia maya atau internet : cenderung imajiner, reaktif, sepintas, ad-hoc, budaya populer,what happening, dan apa yang sedang tren.

Republik Twitter, Facebook Nation, QWERTY, Senam Jempol, Enter, dan seterusnya telah menjadi kata kunci dalam budaya informasi keseharian. Positif dan negatif. Jualan online, advokasi sosial, gerakan petisi, gerakan koin, kultweet, dan seterusnya. Perang tweet, narsis, selfie, gosip, berita bohong telah membuat retakan sosial. Orang lupa dunia maya bukan lagi dunia privat, ia sudah menjadi ruang publik yang luas.

Internet telah menjadi semacam dimensi baru dalam ruang dan waktu. Internet yang membentuk dunia maya bukan lagi dunia abstrak melainkan dunia nyata, benar-benar nyata, dunia baru dalam bidang layar datar sebagai proyeksi dari kenyataan, kesadaran, dan pikiran-pikiran manusia.

Masa Depan.

Kembali ke Masa Depan : Membaca Ulang Internet

Apa saja ada di internet, semuanya, kecuali yang tidak. Dari kebaikan atau keburukan. Dari kebenaran atau kebohongan. Dari keindahan atau kejorokan. Dari kehebatan atau kebodohan dan seterusnya. Internet membuat spesies manusia bisa duduk berjam-jam didepan layar digital 24 jam 7 kali seminggu 30 hari sebulan 365 hari sepanjang tahun bahkan setiap saat, kecuali waktu-waktu yang membuatnya harus berpisah sejenak dengannya. Internet adalah candu. Curahan arus informasinya yang begitu deras membuat manusia modern menamai abad-abadnya sebagai abad informasi. Pornografi, judi online, human traficcking, fitnah, adu domba, dan sebagainya. Ilmu pengetahuan, teknologi, berita, informasi, dan seterusnya. Semuanya ada di internet. Selama ini internet mengajarkan kepada kita tentang ketak-terbatasan kuasa dan sumber informasi. Selama ini internet mengesankan kepada kita agar kita bisa mengikuti kebebasan dan ketak-terbatasannya.

Apakah memang demikian? Mungkin kita, homo-sapiens, yang salah memahami internet, salah dalam membaca pesan-pesan yang diberikan olehnya. Ketakterbatasan internet bukanlah agar kita melahap setiap informasi yang bisa diberikan olehnya. Bukan pula untuk mengikuti ketakterbatasan sumber informasi yang bisa disediakan olehnya. Ketakterbatasan internet mengajarkan kepada kita, umat manusia, bukan untuk menjadi bebas sebebas-bebasnya dalam rentang skala ketakterbatasannya akan tapi memberitahu kita untuk mengetahui batasan kita sebagai manusia dalam spektrum ketakterbatasan tadi : nilai-nilai, norma, adat, moral, hukum, agama, dan hati nurani. Karena kita, manusia, didesain dengan ukuran dalam skala keterbatasan tertentu. Kita bukanlah makhluk tak-terbatas. Jauh lebih penting untuk mengetahui dan memahami batasan-batasan kita daripada menjadi binasa dalam kebebasan yang tak terbatas. Menjaga batasan akan membuat spesies manusia akan bisa lestari lebih lama di bumi. Ketak-terbatasan internet adalah pesan terbaik agar kita mengerti apa itu batas-batas kehidupan, agar kita tak melampauinya.

Masa Depan Perangkat Komunikasi

Peradaban Barat dengan segala macam teknologi komunikasinya membuat manusia modern mengalami era-era komunikasi yang kering, dingin, individualis, kaku, dan justru menjauhkan satu sama lain. Pada masa depan yang terdekat, kita harus meniupkan ruh kita pada kreasi teknologi perangkat komunikasi dan seluruh ciptaannya, dari bahasa mesin satu (1) nol (0) dengan sentuhan bahasa kemanusian : kasih sayang dan cinta.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline