Lihat ke Halaman Asli

Doktrin Orator

Diperbarui: 30 Maret 2019   19:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi pribadi

Bagaimana memimpin bangsa dengan Quran dan Hadis yang bersinggungan dengan pola pikir dan pola pemikiran yang terkait dengan budaya, bahasa, kedaerahan yang melekat pada pelupuk pikiran bangsa? 

Sebuah pertanyaan yang independen bagi keharmonisan bangsa yang intelektual itu adalah mengenai kecerdasan para pemimpin-pemimpin atau pemuka-pemuka yang kapabilitas ada pada masyarakat terpendam dan yang sudah keluar darinya suatu pemikiran yang putih. Putih adalah bukan pada golongan tapi tulang dan gigi yang menjamah kuatnya pemahaman dari asal daerah masing-masing. 

Pemilu akan datang pada waktunya yang mustahil bergeser bukan? Peralihan dari era ke era memerlukan kekuatan yang dari asal kekuatan itu adalah majemuk sehingga menjadi dua kekuatan praktis. 

Mereka mendengungkan politik yang praktis, sopan dan santun. Indonesia yang dahulu dan sekarang adalah berbeda dan sama yakni julukan macan Asia adalah absolute menyulut kekuatan yang dahsyat, mendongkrak ketidakstabilan menjadi penetrasi karena adanya dorongan darimana ia berasal dan kemana ia menyulut jiwa-jiwa yang kreatife itu adalah bukaannya kedewasaan berpijak pada penuturan orang -orang terdahulu, pahlawan yang revolusi itu wujudnya tidak beda yakni untuk tujuan kemakmuran, kesejahteraan dan untuk terunggul, terdepan hingga kongkrit terwujud pada masa -masa yang mendatang. Falsafah kebangsaan menurut mereka pada kemukaannya yang telah disampaikan dengan cerita kongkrit peristiwa adalah bukan bujukan tapi lebih kepada pendekatan pemahaman yang disatukan dalam kalimat Indonesia Satu. 

Rayuan Pulau kelapa dan Sumpah-sumpah pemuda adalah dilestarikan dengan tampilan-tampilan yang mengikis keraguan anak bangsa. Terjalinnya keharmonisan diantara dua dialek yakni penyampaian dan relevansi bisa disebutkan singgungan yang tidak niscaya dan keniscayaan bagai gelombang lautan yang jajarannya adalah demi kelanjutan sejarah kemerdekaan hingga mana ia sampai pada hati-hati orang-orang yang beriman (believers), tautan yang terjemahannya adalah bukan agama yang doktrinya adalah keragaman tapi pondasinya adalah katanya cahaya -cahaya yang menjadi spirit kekuatan yang terpadu dengan irama bermain pada logika orang-orang yang terbiasa disiplin dan dicaci maki. Teriakan-teriakan yang meniup niup angin kebhinekaan adalah sebuah alunan bagaimana menerima perbedaan itu dengan berbaik sangka atau sangkaan yang baik-baik saja.

Politik yang tidak menyukil mata hingga keluar karena perdebatan kemenangan itu menyanjung nyanjung nama-nama, politik yang melibatkan ketidak samaan dalam pandangan-pandangan akankah menjadi proyektil yang tepat? Politik dikaitkan dengan suhu sehingga hegemoni yang disebarkan pada kilasan persembahan kepada rakyat adalah menjadikan percikan kecerdasan dalam memandang negara adalah kesatuan yang terutuh. 

Merdeka bangsa dan Pertiwi menghiasi jalan-jalan yang tergabung sehingga tujuan padamu negeri adalah memang sewajarnya, tidak mengenal pemimpin maka berbaik sangka kepada apapun hal yang kemukaan itu adalah terbaca, terlintas dan tergores sehingga hati nurani ini menjadikan aku. Mengakui keakuan dalam komponen yang penting dan terpenting agar hari esok itu kita bangun dari tidur pada pagi hari dengan senyuman.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline