Bila dalam komuni kehidupan anda TAK ADA KAFIR, yakinkah anda setelah kematian tiba anda akan diberangkatkan ke surga? Bila dalam komuni kehidupan anda ternyata ADA KELOMPOK KAFIR, yakinkah anda setelah kematian tiba anda akan diberangkatkan ke neraka? Bukankah surga dan neraka adalah kondisi "kehidupan setelah kematian". Kehidupan untuk merasakan siksa neraka atau menikmati indahnya surga yang dijanjikan. Dan surga adalah upah bagi orang-orang yang taat melaksanakan ibadah agamanya secara benar.
Di negara-negara Eropa dan Amerika sejak puluhan tahun lalu warganya lantang berkata, agamaku: sepakbola. Bila anda mengatakan, agamaku: basket, atau agamaku: bulutangkis, tak ada masalah bagi mereka. Meski manusia-manusia itu bercampur aduk dari komuni yang berbeda tetapi mereka tetap berjuang untuk menguasai teknologi yang dibutuhkan demi kesejahteraan mereka.
Dan mungkin saja ada yang berteriak, agamaku: sepaktangkis, gabungan antara sepakbola dan bulutangkis dimana pelaku-pelaku agama ini merupakan gabungan dari segala jenis iman yang mereka yakini. Atau anda sudah membayangkan di benak anda perubahan sikap Malaikat bila anda berkata: "Malaikat, jangan masukkan saya ke neraka. Di komuni saya ada kafir sehingga tubuh saya berbau kafir". Lalu Malaikat akan memindahkan anda dari neraka ke surga. Sesederhana itu tawar-menawar yang anda yakini?
Agamamu urusanmu, agamaku urusanku. Kita sudah 71 kali merayakan kemerdekaan negara kita tetapi negara kita masih terus dirongrong oleh masalah agama. Yang non-muslim katanya KAFIR. Yang muslim tapi tak 'sealiran' katanya KAFIR juga. Semua berlomba memilih komuninya masing-masing. Yang penting agamanya harus sealiran. Mereka takut tak masuk surga yang dijanjikan.
Penguasaan teknologi dan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan jadi terhambat oleh segala macam ilmu agama yang anda anut. Generasi anda akan hilang tanpa catatan apa-apa hanya karena sibuk mempertontonkan ego agama. Saya lebih bangga berkata: "Ya, aku memang kafir, apa urusanmu?" Atau "Agamaku sepakbola, apa urusanmu?"
Pembangunan Indonesia harus berlanjut. Generasi demi generasi Indonesia harus semakin kaya dan makmur. Sungguh sebuah tragedi bila nasib anak dan cucu negeri ini terhambat oleh fanatisme sempit ilmu agama. Jangan biarkan sila ke 5: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia menjadi angan-angan belaka. Mari bertoleransi di dunia yang sangat luas ini. Anda tak akan pernah mampu menciptakan dunia seperti dunia yang anda huni sekarang ini. Tak akan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H