Lihat ke Halaman Asli

Timotius Apriyanto

OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Filsafat | Climate Justice and DRR

Dari Eksportir ke International Marketer: Langkah Berani Menembus Pasar Global

Diperbarui: 4 Oktober 2024   06:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Digital Global Marketing dari freepik.com

Saatnya berubah dari eksportir ke international marketer di tengah kontraksi ekonomi global dan perubahan lanskap politik dunia.

Tulisan ini terinspirasi saat ngopi sore hari di salah satu sudut Mall di Yogyakarta dari salah satu senior mentor saya di bidang perdagangan internasional dan logistik, bapak Robby Kusumaharta. Dunia sedang berubah sangat cepat menuju ke suatu kesetimbangan sistem yang baru. Salah satu perubahan itu adalah pergerakan cepat dalam konteks perdagangan internasional yang sebelumnya penuh rambu regulasi dan birokrasi antar negara menuju semakin hilangnya birokrasi dan regulasi dalam lalu lintas barang ekspor dan impor. 

Indonesia, dengan kekayaan sumber daya alam dan tenaga kerja yang kompetitif, memiliki potensi besar dalam perdagangan internasional. Pada semester pertama 2024, ekspor Indonesia tercatat sebesar USD 115,1 miliar, meskipun mengalami penurunan 10,2% dari tahun sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa meski negara kita mampu mengekspor produk berkualitas, menjadi eksportir saja tidak cukup di era persaingan global yang semakin kompleks. Langkah penting selanjutnya adalah bertransformasi menjadi international marketer, yang tidak hanya fokus pada penjualan produk, tetapi juga strategi pemasaran berbasis nilai dan teknologi.

Sebagaimana disampaikan oleh Philip Kotler, dalam bukunya Marketing 4.0: Moving from Traditional to Digital (2017), "Dalam dunia yang semakin terkoneksi, perusahaan harus beradaptasi dan mengembangkan kemampuan baru untuk menciptakan nilai bagi konsumen di pasar global." Di sini, Kotler menekankan bahwa pemasaran modern tidak hanya soal produk, tetapi juga tentang bagaimana perusahaan dapat memberikan pengalaman dan solusi yang relevan bagi konsumen global melalui pendekatan teknologi digital.

Era Pemasaran Baru

Transformasi dari eksportir menjadi international marketer menandai era baru dalam dunia pemasaran. Di era ini, konsumen global tidak hanya mencari produk yang berkualitas, tetapi juga produk yang menawarkan nilai tambah, pengalaman, dan keselarasan dengan nilai-nilai mereka. Sebagaimana disampaikan Kotler, "Pemasaran masa kini adalah tentang menciptakan solusi bagi kehidupan konsumen, bukan sekadar menawarkan produk."

Dengan memanfaatkan teknologi digital, AI, dan kolaborasi global, perusahaan-perusahaan di Indonesia dapat bersaing secara efektif di pasar internasional yang semakin dinamis. Transformasi ini bukan hanya tentang pertumbuhan ekonomi, tetapi juga tentang bagaimana kita sebagai bangsa dapat memberikan kontribusi dalam ekosistem bisnis global yang berkelanjutan dan inovatif.

Mengubah Paradigma: Dari Barang ke Nilai

Eksportir cenderung fokus pada pengiriman barang dengan kualitas terbaik. Namun, seperti yang diajarkan oleh Kotler, untuk menjadi international marketer, kita harus mengubah paradigma. Kita tidak hanya menjual barang, tetapi juga menyampaikan nilai yang bermakna bagi konsumen. Konsumen saat ini menginginkan lebih dari sekadar produk---mereka mencari produk yang mencerminkan nilai-nilai yang mereka anut, seperti keberlanjutan dan tanggung jawab sosial.

Studi terbaru dari Global Consumer Insights (2023) menemukan bahwa 64% konsumen di Eropa dan Amerika Utara lebih memilih produk ramah lingkungan meskipun mereka harus membayar lebih. Dalam sektor garmen, misalnya, kami telah melihat bagaimana konsumen global lebih menghargai produk yang diproduksi dengan metode yang etis dan ramah lingkungan. Melalui pendekatan ini, kita tidak hanya menjual pakaian, tetapi juga menyampaikan pesan tentang keberlanjutan dan tanggung jawab sosial. Seperti dikatakan Kotler, "Konsumen membeli nilai, bukan hanya produk."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline