Lihat ke Halaman Asli

Timotius Apriyanto

OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Hukum | Pendidikan

Membaca Risiko Ancaman Resesi Ekonomi Indonesia 2025, Saat Rupiah Mendekati Rp 16.500/US$

Diperbarui: 17 Juni 2024   13:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prediksi saya dalam tulisan opini bulan April 2024 di Kompasiana "Terburuk Sejak 26 Tahun Terakhir, Wajah Ekonomi Indonesia Pasca Terpuruknya Rupiah Melampaui Rp 16.000/US$ di Tahun 2024" hanya mleset sebulan. Saat itu saya memprediksi Rupiah bisa menyentuh Rp 16.500 / US$ di pertengahan Mei 2024.

Faktanya, baru dipertengahan Juni 2024, Rupiah hampir menyentuh Rp 16.500. Rupiah memang justru sempat menguat di pertengahan hingga akhir Mei 2024, karena kebijakan Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan BI dan pengumuman cadangan devisa negara Indonesia. Namun hal itu tidak cukup kuat menahan melorotnya Rupiah, karena beberapa faktor dibawah ini:

  • Ketidakpastian arah kebijakan fiskal pemerintah Indonesia di masa depan.
  • Lemahnya pasar valuta asing
  • Tingginya suku bunga US$
  • Prospek US$ yang kuat.
  • Beban fiskal pemerintah semakin bertambah berat terkait ambisi proyek IKN, dan program pemerintah kedepan, termasuk program makan siang gratis.
  • Proyeksi pendapatan pemerintah Indonesia yang menurun sampai akhir 2024 dan 2025.

Morgan Stanley menurunkan peringkat ekuitas bursa saham Indonesia menjadi "underweight" dalam alokasi perusahaan di pasar Asia dan negara berkembang. Peringkat underweight merupakan "highlight" istilah dalam perdagangan saham yang artinya saham diduga akan "volatil" dan berisiko mengalami penurunan harga dibandingkan saham lainnya dalam satu sektor yang sama. Peringkat  "underweight" ini akan secara tidak langsung menurunkan "market confidence" dalam waktu singkat.

Berdasarkan beberapa catatan tersebut, saya memprediksi nilai rupiah sampai akhir tahun 2024 bisa melemah hingga di titik Rp 17.500 atau lebih buruk.

Rupiah termasuk dalam sepuluh mata uang dengan nilai terendah di dunia yang sedang bermasalah yaitu terancam defisit pasokan US$. Dalam jangka pendek pemerintah harus mencegah memburuknya defisit pasokan US$, agar mata uang Rupiah tidak semakin terpuruk. Mencegah defisit pasokan US$ memerlukan pendekatan multifaset.

Beberapa pendekatan strategi utama untuk mencegah memburuknya defisit pasokan US$ antara lain:

1. Meningkatkan surplus neraca perdagangan
2. Meningkatkan kinerja foreign direct investment (FDI).
3. Meningkatkan cadangan devisa negara
4. Meningkatkan MICE Internasional dan promosi pariwisata untuk turis mancanegara.
5. Meningkatkan remitansi melalui jaringan diaspora Indonesia di luar negeri dan pekerja migran Indonesia.
6. Menjaga stabilitas makro prudensial melalui kebijakan fiskal dan moneter yang pro market.

Hal diatas adalah rekomendasi klasik untuk menjaga stabilitas moneter secara teknis. Dalam dimensi politik kebijakan, pilihan kebijakan ekonomi untuk menjalankan reformasi struktural sebetulnya sudah sangat tepat.

Permasalahannya adalah tidak berjalannya reformasi struktural yang efektif dan "impactful", di tengah reformasi hukum dan situasi politik yang sedang tidak baik-baik saja.

ilustrasi grafis dari sumber: muaraindonesia.com

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline