Lihat ke Halaman Asli

Timotius Apriyanto

OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Filsafat | Climate Justice and DRR

Menguji Insinuasi Matinya Demokrasi di Era Jokowi

Diperbarui: 30 November 2020   03:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (foto: IG Anies)

Foto Gubernur DKI Anies Rasyid Baswedan dengan pose sedang membaca buku "How Democracies Die" karya Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt yang diunggahnya di media sosial Instagram (22/11/2020) telah memicu dialektika demokrasi di Indonesia pada penghujung tahun 2020. 

Bertebaranlah narasi bahwa seolah demokrasi di Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Jokowi sedang menuju kematian. Tindakan tegas Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman yang memerintahkan pembongkaran Baliho FPI diikuti patroli sebagian anggota KOOPSSUS TNI di mulut jalan rumah Rizieq Syihab di Petamburan juga dianggap berlebihan. 

Para individu maupun kelompok yang mengambil sikap oposisi terhadap pemerintah Jokowi berinsinuasi seolah Indonesia sedang berada pada masa otoritarianisme. 

Saya tergelitik membaca tulisan Prof. Dr. Pierre Suteki, S.H., M.Hum.  berjudul "Lonceng Kematian Demokrasi Menuju 'Civil War'"  (22/11/2020), yang nampak ditulis dengan baik. Dalam tulisan itu diuraikan "Empat Indikator Perilaku Otoritarianisme"  yang ada di buku "How Democracies Die" yaitu :

1. Reject of (or weak commitment to) democratic rule of the game (Penolakan (atau lemah komitmen) terhadap sendi-sendi demokrasi.

2. Denial of the legitimacy of political opponent (Penolakan terhadap legitimasi oposisi).

3. Toleration or encouragement of violence (Toleransi, membiarkan atau mendorong adanya aksi kekerasan).

4. Readiness to curtail civil liberties of opponent, including media (Kesiagaan untuk membungkam kebebasan sipil).

Keempat indikator tersebut digunakan sebagai pisau analisa kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang seolah identik dengan kepemimpinan otoritarian Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45.

Figur Donald Trump sebagai pemimpin antagonis dalam sebuah sistem demokrasi di Amerika Serikat seperti ditulis  Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt tidak bisa dianalogikan secara langsung dengan kepemimpinan di Indonesia. 

Demokrasi di Indonesia adalah demokrasi Pancasila yang tentunya berbeda bentuknya dari demokrasi liberal di Amerika. Indonesia memiliki Pancasila sebagai ideologi negara yang rumusannya tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline