Lihat ke Halaman Asli

Timotius Apriyanto

OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Hukum | Pendidikan

Paradoks New Normal dan Abnormalitas Global

Diperbarui: 2 Juli 2020   06:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi protokol kerja ketika masa kenormalan baru. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Ada dikotomi dua mainstream pendapat tentang new normal. Terlepas dari kedua hal tersebut realita kenormalan baru merupakan paradoks global yang sulit dihindari. 

Kejadian-kejadian, atau situasi abnormal akibat pandemi covid-19 merupakan premis munculnya terminologi New Normal, namun tidak sekaligus bisa menjelaskan definisinya dan membuktikan maksud dari terminologi itu sendiri. Kedua kelompok besar pendapat tentang New Normal banyak terjebak pada definisi yang absurd.

Disrupsi akibat pandemi covid-19 ini begitu hebatnya, antara lain minyak mentah yang jatuh diharga terendah sepanjang sejarah pada US$ -30, ditutupnya akses masuk dan keluar di beberapa negara, runtuhnya permintaan dan penawaran global.

Meningkatnya angka pengangguran global secara signifikan, serta berubahnya banyak tatanan sosial dengan protokol jaga jarak fisik (physical distancing). Perubahan itu tiba-tiba terjadi begitu saja dan menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. 

Banyak frasa baru dalam berbagai bahasa muncul seperti covidiot untuk orang yang mengabaikan protokol kesehatan covid, dan covidhero untuk mereka yang berjasa dalam perang semesta melawan covid. Kita sering mendengar, membaca, dan mengucapkan satu terminologi yang paling populer saat ini, yaitu New Normal atau kenormalan baru.

Istilah "New Normal" sebenarnya bukan kosakata baru, setidaknya telah mulai digunakan saat Mohamed A. El-Erian (2010) menyampaikan makalah Jacobsson "Navigating the New Normal in Industrial Countries". 

Banyak pendapat ramai memperbincangkan New Normal, definisi, konsep dan ide dibalik terminologi itu. Ironisnya sebagian besar dari kita bahkan tidak memahami konsep kenormalan baru. Mayoritas tidak memahami, namun mereka harus berhadapan dengan realita perubahan ditengah pusaran pendapat New Normal.

Dua pendapat besar bertolak belakang tentang New Normal, yaitu mereka yang percaya bahwa New Normal adalah gambaran situasi kenormalan baru yang sekaligus didalamnya ada kebijakan dan tatanan baru dibanyak hal dalam kehidupan kita. 

Ilustrasi kenormalan baru. (sumber: thought.com)

Perubahan tatanan baru itu termasuk perubahan tatanan ekonomi, kesehatan masyarakat, pendidikan, bisnis, keamanan serta pemerintahan. Mainstream pendapat yang lain adalah mereka yang percaya bahwa New Normal merupakan gambaran situasi kembali kepada kenormalan (back-to-normal) sesudah carut marut terjadi dalam situasi abnormal.

Diantara dua arus turbulen itu, kita bisa melihat realita dan fenomena yang ada sebagai satu paradoks global situasi kehidupan yang terus berjalan dinamis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline