Lihat ke Halaman Asli

Warna Baru yang Kita Harapkan Juga Indah

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dan pada akhirnya kitapun punya senggang untuk pulang
pulang pada keakraban walaupun tak segurau yang pernah kita bersama rasa
pulang pada kekariban biarpun tak seerat yang pernah kita saling jalin
ketika mata pelajaran menjadi menu utama kita, dulu.

Tak jadi soal, kepulangan kali ini sekedar terhimpun di sebuah ruang,
ruang yang tak berhalaman sebagaimana sekolah yang setiap pagi kita tuju
dengan mengenakan seragam,
di mana hingga kini masih menyimpan rapi
tak hanya keluguan tapi kenakalan kita pula
tak hanya rasa minder namun juga rasa pede berlebihan kita
tak hanya potret rapi, potret norak kita pun masih ada.

Di sana pulalah tingkahpola setengah hari kita diarsipkan.
Tingkahpola yang bila sedang kita ingat kerap menyimpulkan senyum
bahkan membahakkan tawa.
Dan ai, ternyata kisah manis pun pernah kita tinggalkan di salah sudutnya.

Di sini, di sebuah ruang yang sudah disewa dengan aneka aroma keringat
yang dengan senang hati kita himpun bersama,
tengah kita ramaikan dan coba maknai kepulangan kali ini
kepulangan yang kita ingin bisa mengulangnya kembali
meski cuma sebentar.

Hari ini, ke sini, kita bawa siapa diri kita masing-masing yang sekarang,
diri yang telah beragam keadaaan.
Bukan untuk membedakan siapa kita
terlebih menunjukkan apa yang ada pada kita.
Akan tetapi kita hendak berbarengan melukis sebuah warna kekeluargaan,
sebuah warna baru yang meski tak seceria ketika kita tekun dengan alat tulis menggeluti buku
namun kita berharap semoga warna baru itu tetap menjadi sebentuk keindahan.

Pemalang, Agustus 2013




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline