Lihat ke Halaman Asli

George

TERVERIFIKASI

https://omgege.com/

7 Tips Simpel Komunikasi Publik bagi Pejabat agar Tidak Blunder Melulu

Diperbarui: 9 Maret 2020   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi komunikasi politik (Sumber: nasional.kompas.com)

Pejabat publik salah omong itu kian lazim akhir-akhir ini. Tetapi kelaziman jangan jadi pembenaran untuk tidak memperbaiki keadaan. Salah omong adalah barang buruk, jangan dikantongi terus. Beda jika Anda memang bermaksud ingin rampas kerjaan Cak Lontong.

Salah omong banyak ragamnya. Bisa berupa keliru sampaikan informasi; lontarkan pernyataan yang bikin tersinggung banyak orang; tidak awas etika; atau salah ucap yang berkonsekuensi pemahaman masyarakat tidak klop dengan maksud si pejabat.

Dampak salah omong banyak. Yang paling ringan adalah mengesankan si pejabat tidak kompeten. Ini merugikan diri sendiri. Aslinya ia kompeten luar-dalam, eh gara-gara salah omong sekali saja, publik menyangka ia cuma badut yang dicomot asal-asalan demi pertimbangan balas jasa dan konsesi imbangan kekuatan.

Sedikit lebih berat dari dampak pertama adalah memancing problem baru, atau memantik polemik yang seharusnya tidak perlu. Bukan cuma si pejabat yang jadinya bercitra negatif, masyarakat pun jadi rugi waktu dan kuota data hanya untuk memperdebatkan ucapan si pejabat.

Dampak lebih merugikan lagi adalah ketika publik disesatkan oleh informasi yang dilontarkan si pejabat. Ada banyak contoh di mana informasi yang disampaikan pejabat ternyata belum dikonfirmasi, belum cek-ricek dan ternyata salah. Syukur-syukur jika kesesatan itu tidak berbuah tindakan masyarakat yang merugikan banyak orang.

Lebih parah lagi jika oleh salah omong pejabat publik, ada pihak yang menderita. Misalnya karena si pejabat tidak paham etika, ia publikasi alamat dan data diri orang yang terduga terjangkit virus corona via medsos atau media massa.

Salah omong pejabat juga berdampak men-downgrade pemerintahan secara kolektif. Kalau Menteri Anu bicara tidak pantas di media, misalnya memandang informasi yang disampaikan warga negara sebagai sampah, yang tercoreng citranya bukan cuma Om Anu pribadi, tetapi satu pemerintahan. "Rezim serapah," kata orang-orang. Padahal yang nyampah pernyataan hanya si Om Anu.

Nah, karena itu penting kiranya saya berbagi sedikit tips, yang sederhana saja, bagaimana seorang pejabat publik berkomunikasi dengan rakyat melalui media massa. 

Jika Anda seorang pejabat publik, baca dengan hati-hati. Jangan salah baca pula. Kalau tak mau baca juga tak mengapa, toh yang celaka Anda sendiri.

Karena saya bukan pakar komunikasi, tips ini juga tidak canggih, relatif mudah dilaksanakan. Anda bahkan tidak perlu mempelajari hal baru. Tinggal main perintah, tekan kenop, Anda selamat menghadapi momentum reshuffle (jika Anda menteri atau pejabat lain yang sewaktu-waktu bisa dijentik boss besar).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline