Lihat ke Halaman Asli

George

TERVERIFIKASI

https://omgege.com/

Jokowi Berfilsafat, Waketum Gerindra Lontarkan Puja-puji, Ada Apa?

Diperbarui: 22 Juli 2019   12:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jokowi dan Gerindra [ilustrasi, diolah dari Tribunnews.com]

Kata orang, tidak ada yang abadi dalam politik. Hari kini berkawan, besok berlawan. Tetapi mbok ya perubahan itu sebaiknya punya landasan yang masuk akal. Jangan kaget-kagetan, bikin orang terheran-heran.

Jumat (19/7), Presiden Jokowi mengunggah video 15 detik di akun twitternya. Isinya tayangan wayang, dengan kata-kata Jokowi di dalamnya. "Lamun sira sekti, aja mateni. Meskipun kuat, jangan suka menjatuhkan."

Ramai orang-orang meresponnya, menghubungkannya dengan filsafat politik dan kepemimpinan Pak Jokowi. Sangat menarik, kalangan oposisi ikut mengomentari dalam nada sangat positif, bahkan puja-puji.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Arief Poyuono, orang yang sering mengkritik keras Presiden Jokowi, mengatakan, kalimat Pak Jokowi itu menunjukkan fisafat dan moral politik kepemimpinan, kekuasaan dan hidup di masyarakat dalam filsafat Jawa.

Seolah-olah sudah jadi jubir pribadi presiden, Pak Arief menjelaskan, Presiden Jokowi selama ini sudah menjalankan 3 prinsip filsafat politik dan kepemimpinan Jawa yang sebenarnya tidak gampang dilakoni: "Lamun sira sekti, aja mateni; lamun sira pinter, aja minteri; lamun sira banter, aja ndhisiki," yang berarti "Kuat, jangan menjatuhkan; pintar namun jangan membohongi; kencang, jangan mendahului."

"Tiga kata-kata filsafat Jawa ini maknanya sangat tinggi dan tidak gampang melakoninya, dan menurut saya kangmas Joko Widodo ini sudah menjalankan ketiga kata filsafat Jawa ini dalam kepemimpinan. Sangat bagus untuk bisa didalami dan dijalankan oleh kita semua," kata Poyuono ("Jokowi Bilang 'Sekti Aja Mateni', Poyuono: Dia Ingin Kebersamaan." Detik.com. 21/7/2019).

Kita wajib gembira menyaksikan elit politik sesekali saling memuji, tak cuma saling kritik apalagi menghina dan memfitnah.

Tetapi karena pujian ini terdengar berlebihan ---Jokowi sudah menjalankan tiga bentuk kepemimpinan politik yang susah sekali diterapkan itu-- -dan keluar dari mulut politisi lawan, sah-sah saja jika kita curiga, ada udang politis apa di balik batu sanjungan berlebihan ini?

Apakah ini berkaitan dengan arah politik Gerindra yang diduga sedang menjajaki peluang masuk kabinet atau setidaknya berkompromi demi mendapat jabatan Ketua MPR? Atau ini memang pertanda mereda sudah ketegangan antara dua kubu, wujud rekonsiliasi.

Jika hal kedua yang jadi udangnya, bolehlah kita sedikit tenang sebab itu berarti nuansa penuh kedamaian ini akan bertahan lama. Meski begitu kita juga perlu cemas jikalau tidak ada lagi yang berperan mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline