Lihat ke Halaman Asli

George

TERVERIFIKASI

https://omgege.com/

Kisah Naldo Rei, Kunci Pergerakan Klandestin Timor Leste dalam "Timor Timur: Sebuah Memoar"

Diperbarui: 17 Mei 2019   22:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Timor Timur, Memoar Naldo Rei [dokpri]

Buku ini recommended bagi pihak kalah pilpres atau pemilu yang mungkin saja sedang menimbang-nimbang jalan perjuangan inkonstitusional untuk bisa berkuasa. Dalam buku ini kita bisa membaca bagaimana klandestin yang menyokong perang gerilya dilakukan dengan benar.

"And one morning everything was burning/ . . . /and ever since then fire,/ gunpowder ever since,/and ever since then blood/ Bandits with airplanes and with Moors,/ bandits with finger-rings and duchesses,/ bandits with black friars making blessings,/ ... kept coming from the sky to kill children,/and through the streets the blood of the children/ran simply, like children's blood."

Begitu penggalan puisi Pablo Neruda, "I Explain Some Things." Seperti puisi inilah buku Timor Timur: Sebuah Memoar dibuka. Simaklah:

"Sekelompok malaikat bersayap putih terbang melayang di angkasa. ... sayap-sayap itu menguncup, menjadi parasut-parasut yang mendarat di tanah ... orang-orang berseragam khaki muncul dari bawahnya. ... mereka mulai menembak orang-orang yang ditemui seakan-akan binatang tak berguna. ... Tubuh-tubuh mengambang di permukaan air. Pesawat jet yang entah dari mana asalnya terbang rendah dan memberondong peluru ke daerah pinggiran kota. Seperti virus, kelompok berseragam itu dengan cepat menyebar ke seluruh negeri."

Timor Timur: Sebuah Memoar adalah kisah perjuangan Naldo Rei, remaja anggota kunci gerakan klandestin Timor Leste semasa pendudukan Indonesia. Beruntung, di Kupang buku ini ada yang menjualnya, seorang pedagang buku keliling, Felix Nesi yang kebetulan juga penulis novel dan cerpen.

Oh, iya, sekadar endorse, si pedagang buku keliling ini pada 2018 kemarin meraih Anugrah Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta. Novelnya, Orang-orang Oetimu terpilih sebagai karya terbaik.

Menurut empunya, novel ini sedang dalam proses penerbitan oleh Margin Kiri. Feliks memang nyeleneh. Bukannya memilih Gramedia, ia malah serahkan naskah ke penerbit kecil idealis yang tak mau tunduk pada selera pasar. Mungkin Om-Tante bisa preorder pula novel itu lewat akun Kompasiana Felix Nesi.

Baik. Begitu saja endorse-nya. Kita kembali ke memoar Naldo Rei.

Sebagaimana judul, buku ini sebuah memoar. Tetapi berbeda lazimnya memoar, tak sedetik kantuk terbit selama membacanya. Om-Tante akan mengalun alir semenjak halaman pertama, lupa waktu hingga tiba-tiba sudah tiba di halaman 307, tempat titik terakhir diketukkan. Entah sudah berapa kali "orgasme" haru muncrat sepanjang pembacaan.

Mungkin karena kisah perjuangan klandestin memang mendebarkan sekaligus undang haru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline