Lihat ke Halaman Asli

George

TERVERIFIKASI

https://omgege.com/

Titik Lemah Jokowi dan Prabowo dalam Debat Keempat Pilpres 2019

Diperbarui: 30 Maret 2019   10:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasangan calon presiden nomor urut 1, Joko Widodo beserta pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto| Sumber: Kompas.com/Garry Lotulung

Debat capres keempat akan dilangsungkan pada 30 Maret 2019. Tema dalam debat capres ini adalah ideologi, pemerintahan, pertahanan keamanan, dan hubungan internasional. Masing-masing kubu rupanya telah mempersiapkan diri, baik gagasan-gagasan yang akan disampaikan; penjelasan dan pembelaan diri saat diserang pernyataan dan pertanyaan lawan debat; juga pertanyaan dan pernyataan yang akan menyudutkan lawan.

Titik lemah Jokowi dan Prabowo di debat capres keempat [diolah dari CNNIndonesia.com]

Titik Lemah Jokowi

Kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, sebagaimana diutarakan juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Andrew Rosiade (Detik.com, 28/03/2019) rupanya akan menjadikan rencana kebijakan Jokowi mengakomodir perwira TNI aktif dalam jabatan sipil sebagai titik serang.

Ini akan jadi senjata mematikan Prabowo Subianto dalam debat ini. Pertama karena isu itu menghantam titik terkuat Joko Widodo. Sering kali titik terkuat adalah juga titik terlemah.

Joko Widodo terpilih dalam Pilpres 2014 lebih karena faktor sentimen demokratis pemilih. Para pendukung Jokowi umumnya orang-orang yang menempatkan prinsip demokrasi sebagai pertimbangan utama dalam memilih.

Wacana kebijakan menempatkan perwira TNI aktif dalam jabatan sipil bertentangan dengan semangat demokrasi yang diteriakkan rakyat dan pemuda dalam reformasi 1998.

Sebaliknya dengan menjanjikan komitmen tidak akan menempatkan militer kembali ke jabatan-jabatan sipil, Prabowo Subianto justru memperbaiki titik lemahnya, yaitu persoalan demokrasi itu juga.

Sosok Prabowo yang mantan perwira TNI dan bekas lingkaran inti Keluarga Cendana membuat sebagian besar pemilih takut jika kemenangannya akan menghadirkan kembali era otoritarianisme Orde Baru yang salah satu tulang punggungnya adalah keterlibatan militer dalam politik dan bisnis.

Memang Menhan Ryamizad telah menjelaskan bahwa yang akan menduduki jabatan sipil itu bukanlah TNI aktif--bertentangan dengan usulan Panglima TNI yang menginginkan hingga pangkat Kolonel aktif boleh masuk ke jabatan sipil-- melainkan para perwira yang pensiun atau mengundurkan diri dari TNI.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline