Lihat ke Halaman Asli

George

TERVERIFIKASI

https://omgege.com/

Percakapan Senja Petani dan Bocah Gembala

Diperbarui: 14 November 2017   22:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi diolah dari dokpri dan crochetmywords.wordpress.com

Senja yang lelah, bersemu wajahnya oleh malu, sebab lebih tampak ia sebagai putri kemayu daripada jawara perkasa yang bersinar-sinar silau. Pada petani yang berbungkus peluh mengering, bocah gembala bermata jenaka bertanya heran, "Mengapa Engkau bersenandung pada rerumputan lalu kautebaskan parang memotong rebah mereka? Mengapa Engkau berbisik-bisik kepada tanah lalu kauayunkan cangkul membacok pecah mereka?"

"Sebab mereka adalah saudara," jawab si petani.

"Bagaimana bisa Engkau bersaudara dengan rumput dan tanah? Apakah juga batu-batu, air, angin, burung, dan kayu?" Membelalak mata bocah gembala seperti sapi-sapi melihat kolam dan hijau rerumputan.

"Bukan cuma diriku. Dirimu pun bersaudara batu dan tanah, rumput dan ilalang, dan air, dan semut, dan kayu, dan semuanya yang dapat kaupandang dengan mata telanjang, juga dengan semua yang teramat kecil untuk bisa kaulihat."

"Bagaimana bisa begitu?"  Bocah gembala terus saja mengejar.

"Sebab semua itu dan aku dan dirimu berihwal serupa, pada debu bintang bermula. We are from stardust."

"Tetapi bukan begitu kata kitab-kitab kuno."

"Kitab-kitab kuno menceritakan genesis dengan sastra."

"Mengapa sastra?"

"Sebab Tuhan sang Maha Penyair dan dengan sastra selembut-lembutnya kebenaran disampaikan, menunggu dipecahkan berabad-abad, cuil demi cuil."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline