"Tiada seorang pun ahli biologi pernah meramalkan bahwa suatu masa dengan prasyarat tertentu manusia berevolusi menjadi katak. Demikian pula tiada seorang pun arkeolog dan sejarahwan pernah menemukan anomali ini dalam rentang peradaban manusia.
Namun demikianlah yang terjadi di gugus sabuk api, kepulauan indah yang terbentuk oleh tubuh dewa-dewi terbaring pada hamparan karpet litosfer Eurasia, tepat pada bagian bibir yang tiada jenuh bercumbu dengan lidah keping Australia yang basah. Sebuah keanehan, satu-satunya pernah terjadi, kini dan di masa yang akan datang, manusia-manusia bersaltasi menjadi katak."
Seperti biasa Profesor Linda, ahli biologi evolusioner terkemuka di kampus yang juga terkemuka itu menyampaikan materi kuliah dengan sangat indah. Seperti biasa pula, Lambert tidak pernah sedikit pun melewatkan matakuliah evolusi. Menyimak Prof. Linda yang konon murid langsung Olivia Judson itu adalah satu-satunya alasan Lambert masih mempertahankan status mahasiswa abadinya.
"Tugas akhir sudah Engkau selesaikan. Hanya tinggal satu mata kuliah, Lambert. Sudah 6 semester, tidak terhitung sementer pendek kaugunakan hanya untuk matakuliah itu. Mama tidak mengerti, seberapa sulit itu bagimu?" bertanya ibunda. Pertanyaan yang sama setiap 6 bulan.
"Lambert janji akan selesai. Mama tenang saja."
"Tetapi kapan, Lambert? Semakin lama kautuntaskan studimu, semakin lama pula kautunda menikah. Menunda menikah itu tak baik untukmu. Bagaimana jika karena terus kautunda, p*juh-mu berubah menjadi jus melon. Mungkinkah asam amino jus melon bisa membuahi telur perempuan yang akan jadi istrimu?"
"Lambert akan selesai, Ma. Ketika tubuh Prof Linda sudah tidak lagi efektif menyerap beragam nutrisi; ketika jutaan mitokondria pada sel tubuhnya mengibarkan bendera putih dalam pertempuran melawan peningkatan entropi. Saat itu pinggulnya sudah bukan lekuk bukit-bukit karang di Wayag, Raja Ampat; dan bibirnya bukan lagi sepasang lintah sedang sanggama."
Lambert sendiri heran, tidak secuil pun presentasi Prof. Linda membekas di kepala. Padahal ia selalu sunguh-sungguh menyimak kuliah sang profesor. Setiap Prof. Linda bicara di depan kelas, mata Lambert enggan lepas dari indah bibir sang mahaguru menari, berceloteh tentang tubuh, tentang jaringan, tentang organ, tentang sel, hingga mitokondria. Tentang evolusi, tentang survival, tentang reproduksi, tentang adaptasi. Jika sesekali mata Lambert beranjak dari bibir itu, ia tidak akan jauh-jauh, paling-paling ke pinggul sang profesor, membayangkan bagaimana pinggul itu kelak membopong janin di dalamnya.
Lambert pernah membuat pseudo riset untuk menelusuri siapa sebenarnya Prof. Linda. Meski data-data yang dikumpulkan tidak mendukung, Lambert yakin betul pada kesimpulan yang selaras hipotesisnya bahwa Prof. Linda sebenarnya kembaran Im Jin-ah yang mungkin diculik saat masih janin oleh jaringan human trafficking dari perut ibu sejatinya di Chungcheong Utara lalu disembunyikan ke dalam rahim perempuan yang mengandung dan melahirkannya.
Kesimpulan riset itu melahirkan hipotesis baru bahwa Lambert adalah kembaran Jong Hyun. Tuhan telah melakukan sedikit kekeliruan dengan mengirimkan Lambert ke bumi 10 tahun lebih awal dan karena itu salah masuk ke kandungan Nyonya Pradigdo, perempuan yang pasrah menerima apapun pemberian Tuhan, termasuk beranugerah anak lelaki yang ia namai Lambert.