Desa kami gempar. Di mana-mana orang membicarakan kematian Pak Kades. Bukan sembarang penyebab. Pak Kades mati karena bunuh diri. Bukan pula sembarang bunuh diri. Ia menembaki diri dengan 50 pucuk senapan sekaligus.
Entah dari darimana didapatnya senapan itu, tak ada warga yang mempersoalkan. Memang, konon kepolisian telah membentuk tim untuk menyelidiki asal-muasal 50 pucuk senapan itu. Tetapi bagi warga, adalah lebih menarik menganalisis dan mendiskusikan sebab Pak Kades bunuh diri.
Maka berbagai teori bermunculan dan diperdebatkan pada arisan-arisan, percakapan di sekeliling gerobak pedagang sayur, hingga pada kongkow-kongkow pemuda di penghujung malam. Berbagai tendensi berebut minta diperhitungkan.
Kaum klenik berusaha meyakinkan orang-orang bahwa Pak Kades tidak melakukan itu di bawah kondisi sadar. "Pak Kades sudah dimanterai, diguna-guna," kata Amin si tokoh sepuh.
"Oleh siapa?" Bertanya orang-orang.
"Sttsss, siapa lagi kalau bukan itu," suara Amin mengecil.
"Siapa?"
"Siapa lagiiiii? Pesaingnya dulu di Pilkades lalu ituuuu."
Para penganut konspiratif punya dugaan berbeda. "Ini mesti soal tender proyek jalan lingkar luar itu," kata Amran si sarjana Youtube.
"Apa hubungannya?"
"Proyek jalan itu kan dimenangkan Ismet adik ipar Pak Kades. Pihak yang kalah adalah Muhammad, anak istri kelima Pak Camat dan sekaligus menantu Danramil. Pastilah orang-orang besar itu sudah meneror Pak Kades. Saking takutnya, Pak Kades memilih bunuh diri."