Lihat ke Halaman Asli

Tiknan Tasmaun

Praktisi herbal sekaligus blogger

Wali Ngedan (Mukidi Bertemu Mukidi)

Diperbarui: 22 Maret 2018   11:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mukidi sedang merenung sendirian. Tepatnya dia sedang bertafakur selepas  memuja Tuhannya dalam sembahyang. Tiba-tiba Mukidi mendengar tiang  kecil penyanggah kamarnya berbicara.

'Aku ini bisa tegak berdiri bukan karena paku ataupun terbil. Jika DIA  tidak berkehendak mengokohkanku berdiri, tentu tak ada artinya paku  maupun terbil ini', suara sang tiang.

'Terimakasih, aku kau jadikan alas sembahyang', sajada ikut-ikutan berbicara.

Mukidi kebingungan. Seumur-umur baru kali ini dia mengalami peristiwa  yang demikian. Hatinya dapat menerima namun akal pikiran ragawinya  memberontak. Mustahil benda-benda mati bisa berbicara sendiri. Tiba-tia  dia turun dari amben tempat munajad, berlari ke luar rumah. Tempat yang  dituju, kemana lagi kalau bukan ke tempat Paijan, salah satu sohib  terdekatnya.

Belum sampai melewati batas pekarangan rumahnya, dia melihat Paijan sedang berdiri di depan pintu pagar jaro. 'Jan.  sini, kebetulan. Aku mau ke rumahmu'. Mukidi menceritakan peristiwa  yang dialaminya. Dia minta pendapat sahabatnya itu. 'Itu tadi suara  siapa ya Jan', keluhnya.

'Memangnya ada suara lain selain suara-Nya ?', jawab Paijan berwibawa.

Makjleb. Mukidi tercekat. Kok tumben Paijan bisa sewaskita ini dalam  menjawab. Dipandangnya saja tubuh kawannya itu. 'Jan, kamu kok tiba-tiba  jadi bijaksana gini. Ya ya aku baru ngerti sekarang. Ya, wayang-wayang  sedang diwayangkan oleh Sang Dalang', ujar Mukidi.

'Namun Di, jika kau bercerita kepada orang di warung tentu kamu akan  dianggap sudah gila. Lebih bahaya lagi jika dianggap wali edan atau wali  ngedan. Bisa-bisa dimintai nomor togel kamu', lanjut Paijan. Mukidi  kembali menatap wajah sahabatnya itu.

Namun alangkah kagetnya Mukidi, di depannya kini bukan Paijan yang ada.  Yang ada adalah sosok dengan wajah, perawakan dan pakaian persis dirinya  sendiri. Paijan tidak ada, yang ada dirinya sendiri. Mukidi sedang  berhadapan dengan 'Mukidi'.

(Cerpen by : Tiknan Tasmaun )




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline