Lihat ke Halaman Asli

tika tifani

Mahasiswa

Versi Terbaik Cinta yang Pernah Ada

Diperbarui: 26 November 2023   08:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Versi Terbaik Cinta yang Pernah Ada

Oleh Tika Tifani

Aku tak punya kisah cinta seperti cleopatra, setangguh Khais dan Laila, setia seperti Sisuka dan Nobita, seromantis Romeo dan Juliet, atau seindah Habibie dan Ainun.

Tapi aku punya cinta seorang perempuan tua dan disitu surga bersemayam di kakinya.

Mama, versi terbaik dari bentuk cinta yang pernah ada. Dunia memang belum tentu indah tetapi dunia sudah pasti indah jika ada mama menemani menjalaninya. Sekuat apapun kita, jika tentang mama pasti air mata kita terus saja menetes mengingat segala ketulusan dan kasih sayangnya. Tak ada yang membuatku marah selain melihat mama menangis. Orang lain tidak ada yang boleh membuat mama menangis.

Karna di hidup yang sedih ini ma, aku sudah berusaha tak menangis ketika pergi di kota rantauan, aku sudah menolong diriku sendiri sekuat dan semampuku tanpa menyusahkanmu, aku sudah belajar memasak nasi sendiri, aku sudah mampu mengerjakan pekerjaan rumah sendiri, aku juga lihai menyembunyikan kesulitan dan kesedihanku agar tak terdengar olehmu. Bukankah selama ini aku berhasil belajar darimu ma?

Jika berbicara tentang mama, mungkin berlembar-lembar kertas tak akan cukup untuk menuliskannya. Mama adalah sosok perempuan tangguh dan sabarnya seluas samudera. Mama adalah orang pertama yang akan datang paling sigap memelukku, menguatkanku jika aku sedang terjatuh. Nasihatmu akan selalu aku ingat meskipun kadang aku bandel. Mama memang tak punya ijazah sarjana, tetapi bagiku mama adalah pendidik professional pertamaku.

Dulu kukira rumah pulang yang ku idamkan itu adalah bangunan yang mewah, fasilitas yang kompleks, dan isi kulkas yang banyak. Namun, pada akhirnya bukan itu tempat pulang yang ternyaman, bukan itu tempat betah yang sesungguhnya. Akan tetapi, bisa melihat mama meski rumah ini begitu sederhana. Ibu tetap setia menjadi penopang segala lelahku dalam kisah di hari-hari tersulitku, di hari-hari tersedihku yang tak pernah lekang oleh waktu dan yang tak pernah berubah perhatiannya meski usiaku terus bertambah.

Ma... saat belum tau wujudku mama sudah rela memberi seluruh rasa sayang dan nyawamu. Salah satu malaikat yang dikirim Tuhan untuk menemani perjalananku. Guru masa kecilku. Pahlawan disegala kesakitanku. Bahkan nyawanya bukan apa-apa jika harus ditukar untuk kebahagiaanku. Rasanya apapun tinggal kuucapkan pasti mama mengusahakannya. Kini aku mengerti.

Lebih dulunya dirimu di dunia ini mengajariku tentang bagaimana caranya menjadi manusia. Memainkan peran baik hati meski yang lain mencaci maki. Memilih untuk tidak membenci meski kecewa sudah lebih dari hitungan jari. Setengah matinya dirimu bertahan mengajariku tentang jalannya hidup yang memang tidak selalu sesuai mau. Memainkan peran penyabar meski dalam hati sedang lelah ingin duduk sebentar. Tidak pandai mengeluh, itulah dirimu.

Terima kasih mama atas ruang nyaman selama sembilan bulan saat udara belum aku rasakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline