Berbuat baik adalah kewajiban kita sebagai mahluk sosial. Namun,Berbuat baik adalah hal yang paling sulit untuk dilakukan. Bahkan menghargai perbuatan baik sangatlah sulit.
Saya memiliki seorang teman yang sudah cukup lama saya kenal. Sudah sejak beberapa tahun yang lalu kami sudah saling mengenal dan berkomunikasi dengan baik.
Seiring perjalanan waktu, status,jabatan bahkan tempat membuat kami semakin jauh. Namun, situasi itu tidak mengubah kehangatan. Saya sendiri mencoba untuk menyapa dengan cara yang sederhana, entah itu melalui medsos ataupun sapaan secara lisan.
Bukan hanya menyapa,,saya juga mencoba untuk memberi perhatian,peduli dengan keadaan nya bahkan membantunya sebisa mungkin.
Pertanyaan nya adalah mungkinkah ketulusan hati ini dimanfaatkan oleh teman sendiri? Inikah yang menjadi buah ketulusan?
Pertanyaan ini tentu menghantarkan aku pada pengalaman-pengalaman ketika bersama dengannya. Satu peristiwa menjawab pertanyaan tersebut.
Bahwa ketulusan hati ini ternyata dimanfaatkan olehnya, dan boleh dikatakan bahwa saya menjadi kotak doraemon untuknya yang setiap saat selalu bersedia .
Ketika saya mengetahui hal yang demikian, saya mencoba untuk menenangkan diri,dan dalam kesendirian seolah Tuhan membisikkan sesuatu kepadaku. Tidak ada yang hilang dari dalam diri ini ketika saya dengan tulus berbuat baik. Bahkan Tuhan melimpahkan banyak rahmat kepadaku ketika saya mampu membuka hati terhadap sesama.
Ternyata apapun yang kita lakukan secara sembunyi-sembunyi, akan tiba waktu yang tepat dimana Tuhan menunjukkan perbuatan itu. Saya tidak menginginkan hal apapun terjadi terhadap teman saya itu,saya cukup berdoa untuknya semoga dia berbahagia.
Buah ketulusan tidak kita dapatkan dari orang yang sudah memanfaatkan kita tapi justru membuka peluang bagi kita untuk mendapatkan banyak rahmat dari Tuhan