Lihat ke Halaman Asli

tika habeahan

Be do the best

Cerita Paskah dari Saribudolok

Diperbarui: 18 April 2022   11:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat Paskah untuk teman-teman semua...

Bagaimana situasi perayaan paskah kalian tahun ini ? Saya berharap semua kita mengalami suka cita paskah dan berharap juga bahwa kita mampu bangkit dari segala hal-hal yang membuat kita terkungkung dalam penderitaan atau hal-hal yang memenjarakan kita selama ini. Rantai dosa telah diputuskan, maut juga sudah dikalahkan. Bangkitlah..bangunlah..!!

Perayaan paskah adalah momen yang saya tunggu-tunggu setia tahun. Selain perayaannya yang meriah ,saya rindu untuk melayani di stasi-stasi kecil. Jadi, untuk tahun ini saya merayakan semarak paskah di kabupaten simalungun, kecamatan silima kuta tepatnya di Saribu Dolok, Huta tinggir dan Purba Tua.

Pada hari minggu pagi sekitar pukul 05.00 wib saya bersama teman-teman berangkat dari Medan menuju Saribu Dolok. Kami berangkat subuh karena di stasi Purba Tua akan diadakan misa pukul 09.00 wib. Perjalanan pagi hari itu sungguh menggembirakan bagi saya, cuaca yang dingin tidak menghalangi saya untuk menikmati perjalanan itu. 

Satu hal yang membuat saya bahagia dalam perjalanan itu adalah bahwa dibeberapa titik kami menemukan banyak orang yang longmarch dengan obor. Barangkali mereka adalah umat nasrani lainnya yang sedang melakukan ritual keagamaan mereka pada hari raya paskah yakni mengunjungi kubur sebagaimana Maria Magdalena pergi mengunjungi kubur sewaktu subuh. 

Menyaksikan rombongan-rombongan itu hati saya tertegun. Dalam hati saya berkata " Luar biasa, semarak paskah ternyata menggema hingga kepelosok sekalipun". Dengan rasa bangga kami pun memberi salam kepada mereka seraya menyampaikan selamat paskah kami.

Sekitar Pukul 08.30 wib kami tiba di stasi yang pertama yakni stasi Purba Tua. Seibanya disana anak-anak sekolah minggu telah menanti kehadiran kami,anak-anak sekolah minggu ada sekitar 120 orang. Keceriaan mereka menyambut kami nampak dari raut wajah mereka yang senyam senyum tiap kali melihat kami. 

Saat itu juga kami menyapa mereka sebagaiman biasanya kemudian ibadat singkat bersama dengan mereka. Mereka yang cukup antusias mendengarkan cerita paskah yang kami bawakan membuat diri ini untuk menggebu-gebu bercrita kepada mereka, bukan hanya itu aja semangat mereka untuk bernyanyi dua kali lipat dari biasanya. 

Nah, setelah ibadat sekolah minggu selesai dilanjutkan dengan kegiatan yang lain seperti mencari telur, dan permainan lainnya sementar kami bersama umat yang lain melanjutkan perayaan ekaristi sebagaimana telah terjadwal.

Perayaan ekaristi yang meriah membuat seluruh umat bersuka cita.  Pada kesempatan itu juga saya ikut ambil bagian dalam perayaan itu yakni sebagai pemazmur. Stasi ini memang menggunakan bahasa simalungun yang bagi saya layaknya bahasa asing begitu. Tapi saya tidak menutup diri terhadap hal itu, saya mencoba untuk berlatih dua sampai tiga kali hingga akhirnya saya bisa tampil maksimal versi kampung. Hahahaha.

Lagu-lagu yang digunakan hingga ritus perayaan berbahasa simalungun. Bahasa ini cukup mudah untuk dipelajari karena mirip dengan bahasa batak toba yakni bahasa kebanggaan saya. Hehehehe. Syukur saja saya pernah tinggal didaerah simalungun meski dalam kurun waktu yang singkat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline