Via dolorosa berasal dari Bahasa Latin yang artinya jalan penderitaan atau jalan kesengsaraan menuju kemenangan. Jalan ini diyakini sebagai jalan yang dilalui Yesus pada jamannya sembari memikul salibnya menuju kalvari. Selama masa prapaskah ini umat kristiani melakukan hal ini , mengenang Kembali sengsara Tuhan melalui jalan salibnya (Via dolorosa). Hal ini dilakukan setiap Hari jumat pukul15.00 wib. Mengenang masa sengsara ini disuguhkan 14 poin permenungan mulai dari kisah penangkapan Yesus hingga pemakanan serta kebangkitannya.
Yesus berkata demikian " Akulah jalan, kebenaran dan kehidupan" Kata-kata ini tidak hanya sekedar kalimat penenang jiwa dan raga namun untuk sampai pada makna serta penghayatan hidup terhadap sabda ini mesti melalui jalan via dolorosa.
Sebenarnya jalan ini sudah kita lalui hanya saja saya kurang menyadarinya dan sering menghindari jalan ini dan mencari jalan pintas atau jalan yang lain. Akhir-akhir ini saya memiliki sebuah pengalaman yang bagi say aini adalah sungguh jalan hidup yang mesti saya lalui yakni via dolorosa. Kebetulan saja pengalaman ini terjadi dibulan puasa ini atau di masa prapaskah yang berlangsung selama lima pekan ini.
Diawal tahun 2022 saya hendak mengakhiri masa studi saya dengan proses penyusunan skripsi, katakanlah saat itu hingga saat ini saya menjadi seorang skriptor. Tahap awal yang saya lakukan ialah penuyusunan aneka laporan hingga proposal skripsi dan saat ini saya sedang melangsungkan tahap penelitian disalah satu sekolah swasta ternama di kota medan.
Proses yang saya jalani tentu saja tidak mulus. Banyak tantangan yang menghadang saya dalam perjalanan, tantangan itu datang dari dalam diri juga dari luar diri ini. Meski demikian saya mencoba untuk tetap berdiri tegar dan semangat untuk bangkit bagaimana supaya harapan saya dapat tercapai dan target saya tuntas pada waktu yang telah saya tentukan.
Ketika saya berada dalam titik terendah saya teringat peristiwa jalan salib yang kita sebut engan via dolorosa. Dalam peristiwa itu dikisahkan bahwa Yesus terjatuh dibawah salib yang berat hingga tiga kali, ia juga juga dipukul ditarik bahkan disesah. Yesus tidak hanya bertemu dengan orang-orang yang membencinya tapi juga orang-orang yang berbaik hati bertemu dengannya. Satu hal yang patut saya teladani ialah Yesus setia melalui jalan itu, Ia tidak meninggalkan peristiwa yang menyakitkan itu melainkan menerimanya sebagai salah satu tugas perutusannya . Penderitaan itu dilalui hingga Ia bangkit dan mengalami kemenangan dimana segala bangsa tunduk dan bertekuk lutut kepadanya.
Inilah yang saya ingat ketika saya berada dititik terendah kehidupan khususnya selama masa skriptor ini. Bahwasanya ada-ada saja pengalaman yang membuat saya ciut, gagal,kecewa bahkan menyerah. Tidaklah mudah menerima pengalaman yang mengakibatkan rasa sakit, marah dan lain sebagainya. Juga tidak mudah menerima argument-argumen negative yang dilontarkan tanpa mengetahui perjuangan dan usaha yang telah saya lakukan.
Namun itu semua menjadi batu loncatan bagi saya untuk memperjuangkan yang lebih baik lagi. Saya bersyukur bahwa masih banyak orang yang meluangkan waktu untuk memperhatikan aku, bukan saja hanya mereka yang senang terhadapku tapi juga mereka yang membenciku. Yah, Yesus sudah terlebih dahulu mengalami hal yang demikian, maka saya sebagai pengikutnya pasti dimampukan untuk melalui semua peristiwa dan pengalaman ini. Belajar dari Yesus sang guru saya tidak akan pernah menyerah apalagi menghindar.
Melalui pengalaman ini saya dimampukan untuk lebih mensyukuri hidupku, bersyukur pernah mengalami peristiwa yang pahit dan menyenangkan. Ternyata ini cara Tuhan menunjukkan jalannya kepadaku. Ia menghadiahiku kekuatan serta kerapuhan secara bersamaan. Kekuatan diberikannya agar aku mampu memikul salib-salib kehidupanku dan kerapuhan diberikannya kepadaku agar orang lain punya kesempatan untuk membantuku. Disini juga saya diajarkan untuk lebih menghargai hidup, bahwa sayanya apa yang saya miliki tidak mesti saya genggam erat-erat tapi saya juga harus belajar melepaskan, merelakan agar saya punya kesempatan untuk memiliki yang baru.
Kerelaan berbagi menjadi focus perhatianku saat ini. Mesti tergolong kuat dan pintar tapi say ahaus menyadari bahwa masih ada orang lain yang lebih kuat dan lebih pintar dari saya. Oleh karena itu, keinginan untuk selalu menjadi nomor satu " to be a number one" adalah pemicu semangat agar rasa malas, bosan bahkan jenuh dalam diri ini tidak menjadi karakter bawaan atau kebiasaan yang dibenarkan.