Apakah kamu menghendaki rasa sakit ? Tentu tidak. Tidak ada orang yang menginginkan rasa sakit namun karena keteledoran maka rasa sakit itupun mulai menghampiri kita. Akan tetapi pada saat ini saya akan berbagi tentang rasa sakit yang saya alami yakni rasa sakit yang memerdekakan. Bukan sakit fisik yang membuatku terpuruk melainkan sakit karena menahan berbagai rasa.
Sejak beberapa bulan yang lalu ketika saya menjadi skriptor banyak pengalaman yang membuat saya kadang merasa sakit. Sakit karena harus menanggung kata-kata atau sakit karena perbuatan sendiri. Sakit secara psikis.
Menjadi skriptor tentu saja ada suka dukanya, selain kerja keras juga menjadi kesempatan untuk lebih banyak nimbrung di media sosial. Membaca aneka jurnal dan buku-buku. Nah, selain menjadi skriptor saya diminta untuk menjadi salah satu anggota team dalam persaudaraan. Bagi saya tugas ini tidak terlalu berat tapi menjadi berat karena bermunculan aneka asumsi tentang pekerjaan tersebut.
Mau tidak mau saya harus mendobrak asumsi itu dan membuktikan bahwa saya sanggup untuk melakukan itu bukan karena terpaksa tapi karena saya mau dan mampu.
Beberapa saat saya mencoba menggeluti tugas itu, sembari mengerjakan skripsi saya mencoba untuk menayangkan beberapa konten yang menarik di link youtube yang telah disediakan.
Namun selama itu juga saya harus menanggung kometar dari banyak orang. Adalah hal yang wajar melemparkan komentar ketika kita melihat sesuatu namun apakah kita pernah menyadari seberapa banyak yang dikorbankan untuk mewujudkan ide itu. Kadang-kadang lidah yang tak bertulang ini mampu membunuh karakter orang lain, mampu menjatuhkan orang lain serendah-rendahnya bahkan mampu menciptakan kericuhan dalam kebersamaan.
Inilah yang saya alami beberapa saat yang lalu, banyak hal yang ditujukan kepada saya namun tidak benar. Banyak orang berontak dengan apa yang saya kerjakan bahkan mengabaikan apa yang menjadi kerja keras saya. Namun itu semua hanyalah batu loncatan untuk saya supaya menjadi pribadi yang lebih baik.
Kata-kata yang tidak membangun kerap terdengar ketika saya memulai karya yang baru. Akan selalu ada yang pro dan kontra terhadap program baru yang hendak saya lakukan. Itu adalah hal yang wajar. Sakit memang ketika harus menanggung celoteh yang tidak bermanfaaat.
Prinsip saya bahwa tidak ada orang yang luput dari kesalahan dan akan selalu ada orang yang mengulurkan tangan ketika saya jatuh sekalipun dalam lembah yang dalam. Saya tidak mau menjadikan hati ini sebagai tempat sampah orang lain, saya juga tidak mau membebani diriku dengan hal-hal yang negatif.
Saya harus tetap melakukan yang terbaik, mengutamakan kebersamaan dan tetap menghargai sosok pemimipin saya. Saya tidak akan melawan serangan dengan serangan tapi saya akan menjadikan serangan itu untuk mempermalukan mereka. caranya tetaplah berjuang melanjutkan hal-hal baik hingga mereka sadar dan malu melihat realita yang ada bahwa saya sanggup untuk melakukan itu.
saat ini konten itu sudah berkembang, bisa dinikmati banyak orang sementara skripsi saya sudah hampir finish. Ketika saya menayangkan konten-konten itu saya mendapatkan applaus dari pimpinan saya dan saya diminta untuk melanjutkan karya itu sementara mereka yang selama ini menjadi komentator tertunduk malu dengan karya yang saya buat. Saat ini saya mengalami kemerdekaan itu dan mereka yang menanggung sakitnya.