Lihat ke Halaman Asli

tika habeahan

Be do the best

Ketika Aku Dihadapkan dengan Pengalaman Masa Laluku, Begini Reaksiku!

Diperbarui: 14 September 2021   08:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi | sumber gambar: Pixabay from Pexels

Saya memiliki pengalaman masa lalu yang kurang membahagiakan. Pengalaman itu terjadi ketika saya duduk di bangku kelas 3 SD. Pada saat itu segala buku-buku harus di beli dari sekolah. 

Sebenarnya harga buku-buku tersebut tidak terlalu mahal jika dibandingkan dengan sekarang. Akan tetapi pada saat itu hasil panen orangtua sedang tidak baik. Sehingga pembayaran uang bukuku dan adekku mandeg pada saat itu.

Pada saat itu hari rabu adalah hari yang paling menakutkan untuk saya dan adikku. Menakutkan karena apabila saya tidak membawa uang buku ada hari tersebut maka saya akan dipulangkan dari sekolah dan tidak mengikuti proses belajar sebagaimana mestinya. 

Dipulangkan dari sekolah karena tidak membayar uang buku adalah hal yang menyakitkan untuk saya. Ketika orang tua menyaksikan peristiwa itu terjadi hatinya menjadi terpukul dan nampak kesedihan di raut wajahnya.

Saya mengingat waktu itu,ibu ku pergi ke tetangga untuk meminjam sedikit uang untuk melunasi uang buku kami. Akan tetapi usahanya gagal, lagi-lagi ia harus mencari sumber yang lain. 

Saya tidak tahu persis ibu saya mendapatkan uang dari mana yang jelas uang buku kamipun dilunasi dengan segera. Pengalaman ini sungguh membuat saya menjadi orang yang mudah terharu dan mudah berbelas kasih.

Hal yang demikian saya jumpai beberapa hari yang lalu di sekolah tempat saya mengajar. Seorang anak tidak dapat mengikuti ujian tengah semester karena belum membayar uang sekolah. Uang sekolahnya sudah menumpuk mulai awal masuk sekolah. 

Pada hari pengambilan soal ke sekolah ke dua orangtuanya datang menjumpai wali kelas. Tapi segala cara yang mereka lakukan tidak meluluhkan hati sang wali kelas dan tidak mendapat soal uts.

Akhirnya,kedua orangtua anak tersebut naik ke lantai 2 dan menjumpai saya di ruangan kelasku. Mereka berkisah tentang situasi hidup mereka di masa pandemi.

Suami yang sedang pengangguran karena di PHK, dan Ibu juga mengalami nasib serupa dan sedang merintis usaha yang baru, yakni pedagang kaki lima.

Mereka mengungkapkan kesedihan hati mereka terhadap anaknya yang tidak bisa mengikuti ujian tengah semester perkara uang sekolah yang belum terbayar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline