Lihat ke Halaman Asli

Mendekatkan Akses Pendidikan: Sekolah di Gunung Halimun, Bogor

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pada tahun 2012 lalu, Yayasan Gugah Nurani Indonesia (GNI) bekerjasama dengan Korean International Corporation Agency (KOICA) dan Korea Midland Power Company (KOMIPO) melakukan penelitian untuk mencari kebutuhan yang paling mendesak di Desa Cileuksa, terletak di kaki Gunung Halimun, Bogor. Penelitian ini dilakukan sebagai langkah awal dari program Global Corporate Social Responsibility KOICA-KOMIPO di Indonesia. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa hanya ada satu sekolah darurat yang digunakan oleh guru dan murid untuk proses pembelajaran di 3 Kampung yaitu Ciear, Cijairin dan Ciparempeng, Desa Cileuksa.

Keadaan yang memprihatinkan ini tidak bisa dilepaskan dari latar belakang keadaan di Kampung Cijairin, Desa Cileuksa, yang memang tidak begitu beruntung bila dibandingkan dengan daerah lain yang lebih maju. Kampung Cijairin masih merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Halimun. Warga kampong Cijairin telah tinggal lama sebelum Gunung Halimun dijadikan salah satu taman nasional di Pulau Jawa. Terletak di perbukitan, jauh dari hingar bingar kota serta kurangnya akses membuat daerah ini terasa begitu jauh dari peradaban walaupun sebenarnya terletak tidak jauh dari kota Bogor. Akhirnya, dengan memanfaatkan tanah hibah yang diberikan oleh masyarakat Cijairin, sebuah sekolah dibangun dengan harapan mulia untuk memajukan pendidikan di kampung tersebut. Sekolah ini dibangun pada awal Maret 2013 dan selesai pada September 2013.

Pembangunan sekolah dasar ini melibatkan segala pihak, terlebih – lebih masyarakat disekitar kampung Cijairin, Ciear dan Ciparempeng. Masyarakat hampir setiap hari datang untuk memantau dan melihat secara lansung perkembangan pembangunan sekolah baru di desa mereka. Hal ini dibuktikan dengan pembentukan Komite Pembangunan Sekolah yang anggotanya adalah masyarakat setempat dan bekerja secara sukarela. Sekolah ini diperlengkapi semaksimal mungkin antara lain; pembangunan 6 kelas ruangan belajar, 1 ruang kantor guru, 1 unit Mushola, 1 unit Aula atau gedung serba guna, 1 unit rumah dinas guru, kamar mandi, peralatan bermain, kesenian dan olahraga, serta buku – buku untuk perpustakaan, TV, Dsb

Setelah bangunan selesai, terasa masih ada kekurangan, yaitu di bagian sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan elemen paling penting untuk melengkapi bangunan sekolah yang sudah dibangun untuk mencapai tujuan mulia yang diinginkan; peningkatan  kualitas pendidikan. Oleh karena itu, pada awal Oktober, telah dilakukan konseling untuk anak dan orangtua. Kegiatan ini kemudian diikuti dengan Sarasehan Guru di desa tersebut, yang dilaksanakan November lalu di Hotel Pangrango 1, Kota Bogor. Sekolah ini akhirnya diresmikan pada tanggal 28 November 2013 dengan nama SDN Cileuksa 05 (Cijairin).

Saat ini, telah ada 151 anak dari kampung tersebut yang bersekolah di sekolah ini. Anak-anak mengaku senang karena sekarang mereka bisa bersekolah di gedung yang bagus dan fasilitas yang memadai. Hampir seluruh anak di sekolah ini belum pernah bermain dengan perosotan, jungkat-jungkit, dan ayunan, kini mereka bisa bermain dengan leluasa. Walaupun demikian, krisis pengajar masih merupakan tantangan utama bagi sekolah ini. Kurangnya guru yang ditempatkan di sekolah ini membuat proses belajar mengajar menjadi terhambat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline