Lihat ke Halaman Asli

Cerita Silat [1]

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Junaidi tersentak kaget.Pukulan Aki Sodiq meluncur tepat mengarah ke dagu Junaidi. Pukulan yang sangat lemah dan lambat, mata Junaidi bisa melihat gerakan tangan kanan Aki sodiq yang sudah keriput dan berbintik merah muda.

Ia tahu ia harus menghindar, tapi pukulan itu masuk tepat ketika tangan, kaki dan tubuhnya berada dalam posisi yang terbuka dan kurang seimbang.

“plak” …Aki Sodiq membuka kepalan tangannya dan menampar dagu Junaidi.

“kena lu Jun!” lirih Aki Sodiq sambil tersenyum

“eh iya Ki.., kena juga akhirnya…” Junaidi mengakui dan meyakini mukanya bakal kena ‘sentuhan’ tangan Aki Sodiq, guru silatnya, cepat atau lambat…

“makanya Jun, jangan liat tangan dan kaki gua, jangan liat badan gua, liat ke dalem diri lu. Jangan biarin kosong, lengah, terbuka, ..jaga terus keseimbangan lahir batin lu…kalo lu bisa liat diri lu, maka lu pasti ngerti gerak lawan” terang Aki Sodiq, guru besar perguruan silat tradisional kujang siliwangi

“tenaga pisik, kaga ada artinya kalo lu ga pake ketajeman batin…”Aki Sodiq menambahkan…

“Ketajeman batin, bisa lu latih…asal ati lu bersih dan jernih dulu Jun” Aki Sodiq mengeluarkan rokok kreteg dari saku bajunya. Setelah itu ia membakarnya dengan korek gas.

“Ki, perasaan dari 5 taun yang lalu pertama belajar, ampe sekarang, Jun belum dikasi tau cara najemin batin. Pisik melulu yang dijarin” rengek Jun, berharap Aki Sodiq mau nurunin sedikit aja ilmu batinnya kepada Jun. ceritanya ngorek ngorek, siapa tauu…

“ Belum Jun, belum waktunya…lagian lu baru masuk tingkat 10, tingkat itu baru dasar buat ilmu ‘halusan’ “ Aki Sodiq menghisap rokok kretegnya dalam-dalam dan menghembuskannya pelan dan lama. Nampak jelas ia sedang termenung. Entah memikirkan apa, matanya lurus ke depan, seolah-olah melihat sesuatu tapi jelas terlihat ia sedang melihat ke dalam hatinya ….

“Malem jumat nanti, abis ngaji, kita latian lagi Jun…sekalian ada yang mau gua omongin” Kali ini Aki Sodiq menatap mata Junaidi dengan tajam. Entah apa yang akan Aki sampaikan, namun yang pasti, jarang sekali Aki sang guru besar berpesan seperti kali ini. Dengan hati berdebar, Jun kembali pulang ke rumahnya ….

(bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline