Lihat ke Halaman Asli

Tigaris Alifandi

Karyawan BUMN

Menjelang Hajatan (Bagian 4-Terakhir): Rematch

Diperbarui: 16 April 2019   11:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Hanya ada dua tokoh. Dengan popularitas dan elektabilitas yang mumpuni. Untuk bertarung menjadi presiden. Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Yang lain masih tidak bisa menyaingi. Dan sesuai prediksi keduanya mulus tanpa hambatan menjadi capres yang diusung masing-masing koalisi.

Tinggal mencari cawapres yang cocok untuk mendampingi. Cocok secara visi-misi. Mampu mendongkrak elektabilitas. Atau punya logistik yang cukup.

Yang ramai diperbincangkan adalah siapa bakal cawapres yang mendampingi Jokowi. Muncul 10 nama. Mengerucut hingga 5 nama. Intinya yang mampu meredam isu anti Islam dan mampu mendongkrak elektabilitas terutama dari kalangan religius.

Mahfud MD muncul sebagai calon kuat. NU, pakar hukum tata negara terkemuka, mantan Keuta MK. Sosok yang dianggap mewakili Islam, bukan kyai tapi cendekiawan. Sesuai pula dengan keinginan Jokowi selama ini. Cenderung memilih wakil yang keras dan tegas. Mengimbangi Jokowi yang terkenal kalem. Seperti Ahok (eh, Basuki Tjahaja Purnama alias BTP) dan Jusuf Kalla.

Tapi, seperti yang kita tahu. Politik mengubah segalanya. Kyai Ma'ruf Amin menyalip kiri di detik-detik akhir. Padahal Mahfud MD sudah dihubungi di hari H. Pergi ke istana, ukur baju pula untuk persiapan deklarasi cawapres.

Sementara itu, di kubu seberang Prabowo tampaknya menimbang betul sosok yang dianggap pas. Tak seramai kubu petahana. Menyeruak beberapa nama, dari Anies Baswedan hingga Ustadz Abdul Somad.

Kubu Prabowo tampaknya selangkah lebih baik kali ini. Dalam hal langkah politik. Mendorong sentimen anti Islam kepada lawan. Lawan kalang kabut memilih pendamping, takut kehilangan suara dari golongan Islam. Sementara, sosok Prabowo dideklarasikan sebagai capres hasil Ijtima' Ulama.

Hingga muncul sosok Sandiaga Uno. Masih muda. Pengusaha. Dicitrakan sebagai sosok yang dapat menyelesaikan masalah ekonomi yang di masa Jokowi terlihat lesu. Karena dimana-mana terjadi pengetatan anggaran. Mencabut beberapa subsidi. Sandi dengan latar belakang pengusaha dianggap mampu mengatasi isu-isu ekonomi yang melanda negeri ini.

Meskipun bagi saya itu bukan faktor utama Prabowo memilih Sandiaga sebagai cawapres. Faktor logistik yang cukup membuat Sandi terpilih. Entah Prabowo sudah ngos-ngosan atau butuh modal logistic yang lebih super duper untuk mengalahkan petahana.

Mayoritas survei menunjukkan Jokowi-Kyai Ma'ruf masih unggul dari Prabowo-Sandi. Tapi, itu hanya survei. Barangsiapa mampu mengeluarkan jurus pamungkas di detik akhir yang mampu mengubah arah angin, dia punya momentum untuk menang.

Menjelang masa tenang Prabowo yang mengeluarkan jurus pamungkas itu. Disiarkan TVOne. Wawancara eksklusif dengan Ustadz Abdul Somad. Seketika heboh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline