Saya tidak berbicara tentang Plato atau Aristoteles. Karena saya menulis ini di rubrik olahraga. Ini tentang seorang yang jenius sekaligus gila. Salah satu filsuf besar dan guru besar sepakbola. Dari Amerika Latin. Tepatnya Argentina.
Ceritanya bermula saat dua orang tertangkap Kepolisian Derbyshire. Membawa teropong untuk mengintip latihan Derby County. Tim asuhan Frank Lampard, yang konon disebut sebagai sosok jenius juga yang memiliki kecerdasan visual-spasial luar biasa. Membuatnya menjadi salah satu gelandang terbaik, di dunia.
Tidak ada tindakan pelanggaran hukum sehingga keduanya dibebaskan. Dan disinilah kisah sang filsuf dimulai. Entah ini aib, atau penegasan atas kejeniusannya.
Sekitar 4 hari yang lalu mungkin. Marcelo Bielsa, sang filsuf itu, melakukan konferensi pers. Bukan untuk mengundurkan diri dari kursi pelatih Leeds United seperti bayangan wartawan, namun menjelaskan secara detail, bak profesor yang sedang memberi kuliah.
Dia membeberkan alasannya atas spionase yang ia lakukan terhadap calon lawannya, Derby County asuhan Lampard. Yang dia rasa itu tidak salah, sebab sudah sejak lama dilakukan dimanapun dirinya melatih.
Tak hanya alasan, juga ilmu dari seorang jenius sepakbola yang berharga, selama 70 menit. Sebuah demonstrasi analisis taktik menggunakan data yang begitu detail. Belum tentu anda dapatkan ilmu itu, meskipun di Universitas Coverciano, sekolah terbaik bagi pelatih Italia.
Bielsa memang gila. Julukannya El Loco. Si Gila, sama seperti Cristian Gonzales. Bukan hanya karena kegilaannya terhadap filosofi yang ia yakini. Satu hal yang perlu anda ingat. Di tahun 1992, ketika Bielsa yang membawa granat membuat segerombolan pendukung Newell's Old Boy lali terbirit-birit. Padahal, sedang melancarkan demonstrasi kudeta terhadapnya.
Lalu, menunjuk Salim Lamrani sebagai interpreter alias penerjemah. Seorang profesor sejarah di Paris Sorbonne University. Yang mahir dalam banyak bahasa. Karena Bielsa memang perfeksionis. Meskipun tidak mahir berbahasa Inggris, namun ia ingin retorika yang disampaikan bisa tepat sampai kepada pemain. Dan Salim bisa melakukannya dengan baik.
Bielsa memang gila. Pada filosofi yang ia yakini betul. Verticalidad. Dimana pemain dituntut kreatif dan cepat mengirim umpan pada tiga opsi ke depan. Selama mungkin menguasai bola, sekaligus melakukan pressing sangat tinggi. Membuat klub yang dilatih seringkali kehabisan bensin di tengah kompetisi.
Pendekatan yang dia lakukan juga terkadang nyeleneh. Seperti skema 3-3-1-3 ketika menukangi Marseille. Atau bermain tanpa formasi yang jelas. Karena baginya, man to man marking sangat penting. Formasi dia rasa bisa menghambat itu.