Nurhadi-Aldo, disingkat Dildo, capres-cawapres fiktif yang tengah viral di kalangan warganet. Seolah bertarung sungguhan melawan dua kandidat resmi. Dildo memiliki akun media sosial yang dikelola oleh tim khusus dengan gambar kampanye menarik. Menyinggung isu poligami dan LGBT, membuat singkatan nyeleneh bahkan vulgar--juga satire--terhadap situasi politik terkini di tanah air. Tak hayal, kehadiran Dildo di tengah panasnya kontestasi politik nasional bak oase yang dinanti banyak orang, terutama warganet kalangan milenial.
Pengikut akun Instagram Nurhadi-Aldo bahkan telah melampaui pengikut akun Instagram banyak partai politik, termasuk pemenang pemilu 2014 lalu PDIP. Sudah 217 ribu orang mengikuti akun Instagram Nurhadi Aldo tersebut. Padahal, Instagram adalah tempat favorit milenial dan Generasi Z berselancar di dunia maya.
ini bisa menjadi catatan penting bagi sebuah partai politik untuk menggaet suara dari pemilih pemula dan swing voters yang didominasi oleh kawula muda. Sehingga miris jika melihat akun Dildo ini memiliki pengikut yang lebih banyak, bahkan kemungkinan besar masih bertambah dan bisa saja menyalip Partai Gerindra yang pengikut akun Instagramnya 366 ribu.
Penelusuran tentang Nurhadi-Aldo meningkat selama seminggu terakhir. Hasilnya, tak terpaut jauh dengan penelusuran tentang Jokowi dan Prabowo.
Bahkan, Dildo menduduki peringkat keempat dalam penelusuran terpopuler Google pada hari Jumat, 4 Januari 2019 seperti dilansir dari Google Trends.
Orang bertanya-tanya, siapa itu Nurhadi dan Aldo. Sampai tulisan ini dibuat, sosok Aldo masih belum diketahui oleh Nurhadi, capres fiktif yang tersohor itu.
Sementara Nurhadi adalah warga Desa Golantepus, Kudus Jawa Tengah. Profesinya tukang pijat dan penjual jamu tradisional.
Lalu, bagaimana seorang tukang pijat bisa mendobrak panasnya dunia politik nasional??
Berawal dari kebiasaan Nurhadi untuk memposting hal-hal lucu, kata-kata bijak hingga promosi jasa pijatnya pada halaman Facebook yang dibuatnya.
Desember 2018 ada seseorang asal Sleman yang mengubungi dirinya dan memintanya untuk mengirim foto agar lebih terkenal. Dibuatkanlah gambar dirinya disandingkan dengan Aldo yang tidak ia ketahui siapa orangnya itu. Sebuah poster meme politik.
Si pembuatnya pun mengatakan untuk lucu-lucuan saja, di tengah kondisi politik yang panas. Dan Nurhadi pun tidak masalah dengan hal itu.