Dipan bambu, warung makan pinggir pantai, aku mengajak berandai-andai ketiga putri sembari menunggu Tumis Cumi khas Teluk Love.
"Andai papa punya uang gedhe, akan papa beli bukit itu Mbak!", kataku membuka jagongan usai menapaki bukit Suroyo, Payangan.
Tidak ada respon suara, ketiganya lebih memilih menatap kembali bukit itu.
"Untuk apa Pa, dibeli", tanya sulungku mulai respon.
"Ya, seperempatnya akan papa buat homestay, Mbak. Setengahnya untuk ruang wisata petualangan. Yah, semacam arena out bond lah. Sisanya untuk taman bermain, khususnya untuk anak-anak", jawabku ringan saja.
"Wohh, uangnya habis berapa, Pah?", timpal bungsuku, polos.
"Ya, banyak Che, paling ya 150 M ya Pa!?", susul putri keduaku.
Gayeng benar. Diskusi PENGANDAIAN lari kemana-mana. Sampai-sampai Cumi datang sedikit tidak menyelerakan lagi.
Yups, Jember Selatan ternyata mulai menampakkan potensinya. Persisnya, dalam dua tahun terakhir roda wisata di pantai selatan mulai menggeliat. Meskipun sedikit terlambat dibanding daerah lain, tetapi saya yakin, kompleks wisata pantai selatan ini (Payangan, Waktu Ulo, Papuma, ditambah lagi Canga'an sampai ke Nanggelan Meru Betiri), menjanjikan nuansa rangkaian, bukan saja wisata bahari, tetapi bisa menembus ke jenis wisata lainnya (cagar budaya, taman nasional, wisata kebun, diving, termasuk wisata adventure).
Yah, andai aku punya uang gedhe!
Mari kita tinggalkan "pengandaian" dari diskusi ringan menunggu Tumis Cumi. Coba pembaca amati dengan seksama foto di bawah ini. Jangan menelaah atas kualitas foto yang saya ambil. Foto ini saya ambil dari sisi Selatan-Barat bukit Soraya, pukul 06an. Ada dua angel yang bisa disimak dengan serius.