Persembahan nafas kerinduan yang engkau hembuskan dibalik tirai kesepahaman, mengingatkanku pada selembar daun yang basah oleh embun
Pagi menyongsong asah usai mimpi bercumbu gairah wajah
Aku mengerang bimbang atas waktu yang memanggil
Takdir membuka tabir
Bersimpuh menatap gersang wajah juwita memaksa halusinasi berjibaku menahan bongkahan permata biru
Bersila menyusun kata yang sempat tercecer membanjiri persimpangan langkah
Gayatri, dimana engkau sembunyi?
Mantra menghujam sukma
Jangan pernah berlari selagi membawa duri
Mencabutnya terasa pedih
Karena duri itu adalah goresan rasa yang pernah engkau pinta
Tusuk sedalam yang engkau mau dihamparan busa-busa kasih
Buah dari perjalanan panjang derai tangis kita
Masihkah engkau ingin pergi
...
Kertonegoro, 17 Oktober 2015
Salam,
Ilustrasi : koran.tempo.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H