Lihat ke Halaman Asli

AKHMAD FAUZI

TERVERIFIKASI

Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.

Ke mana Himbauan untuk "Bendera Setengah Tiang" Itu

Diperbarui: 30 September 2015   12:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 ...

Adalah tadi pagi, jam 06.03 WIB, di teras kantor sekolah saya disambut pertanyaan yang membingungkan saya juga. "Pak, apa ngga setengah tiang sekarang?", tanya teman sambil menunjuk tiang bendera di depan sekolah.

Loh! Iya, dulu-dulu biasanya kan setengah tiang?! Bisik hati saya. "Apa nggak ada instruksi dari atas, Pak...?" Saya balik tanya. Dia juga bingung, tidak menjawab.

Saya juga sudah lupa, apa memang kalo 30 September 2015 harus setengah tiang?

Yang saya tahu, saya sepakat dengan pak Fahmi Idris di ILC tadi malam, jika 50 tahun lalu, di tanggal hari ini, ada gerakan ilegal untuk mengubah Dasar Negara, Pancasila. Gerakan yang mengakibatkan jatuhnya korban.

Maka saya termasuk yang sepakat jika hari ini bendera merah putih seharusnya berkibar setengah tiang. Bukan untuk mengobarkan nuansa kebencian kembali seperti masa peristiwa itu, tetapi sebagai pengingat jika di hari ini, 50 tahun lalu, ada upaya untuk mengganti Pancasila. Anak-anak kita harus tahu itu, jangan pernah boleh Falsafah bangsa ini diganti.

Yah...

Sekitar tiga tahun ini (sebatas amatan kecil saya) saya lebih mengkhawatirkan "kondisi" Falsafah" bangsa ini. Polarisasi wacana, pemaksaan kehendak, termasuk sedikit-sedikit lapor ke pihak luar, dan gencarnya dekadensi moral seharusnya menjadi indikasi kuat adanya usaha "pembusukan" atas Dasar Negara kita itu. Yah...

Kita kibarkan kedukaan dan empati atas petistiwa revolusi ini. Tetapi kita juga harus menguatkan niat jika Pancasila harus tetap kukuh di bumi Pertiwi. Harus, jika tidak ingin bersitegang lagi siapa korban, siapa dalang, siapa yang harus minta maaf!

Menutup apa yang terjadi atas peristiwa G30S/PKI memang sebuah lompatan hati untuk membuka lembaran sejarah baru. Menjadi semangat adanya kehidupan berbangsa yang lebih lapang dan berhikmah.

Tetapi, menghimbau agar mengibarkan bendera setengah tiang seharusnya tetap diteruskan, oleh negara.

 

Kertonegoro, 30 September 2015

Salam,

 

Akhmad Fauzi

 

Ilustrasi : vizology.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline