Lihat ke Halaman Asli

AKHMAD FAUZI

TERVERIFIKASI

Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.

Menatap Jiwa-Jiwa Teduh

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1431705221424734509

(puisi akhmad fauzi)


Bersama teduh jiwa, bak bermain
di taman bestari purnama hakiki

Meliuk dengan kata melapang neka makna
Kokoh berdiri ditengah samudera cerca
Bersembunyi kala membagi

Beringas menancapkan idea, sembur persepsi
beradu dalam laga wacana buana

Jiwa teduh berlari ingin meninggalka ego diri
Jiwa teduh memuja sesama bersama air mata
Memucat masa, tersipu retorika hampa

Bunga-bunga kasih berkilau di antara geligi
Sapa hati

Aku kah itu, atau kita?
Mungkin mereka
Atau mungkin tidak ada!

Kertonegoro, 13 Mei 2016
Salam,

Berangkat Dari Hati Untuk Menumbuhkan Energi Positif

Ilustrasi : Menatap Jiwa-Jiwa Teduh

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline