Lihat ke Halaman Asli

AKHMAD FAUZI

TERVERIFIKASI

Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.

Tuhan, Jangan Cabut Subsidi SayangMu

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13722114501395978445

(BBM Naik, Siapa Takut!)

Mati hati, melihat bejibunnya nota-nota

Dari rangkaian mencari nafas untuk melangkahkan urat-urat hasrat

Keseharian menatap catatan hidup

Dari baru terpejam sampai terpejam lagi

Tuhan halus meniupkan dingin

Ketidakyakinan saja yang memaksa emosi mengelepar-gelepar

Terbanting-banting di dinding tebal

Penuh seruan daftar keinginan

Tuhan halus, mengguyur sebab sudah

Sebab mendobrak dinding keterputusan harap

Bagian orkestra diri seakan sebuah kehebatan menapaki langit-langit dunia

Seakan ketuntasan brilianitas ihtiar hamba

Seakan, telah berlari dan berpeluh

Tuhan begitu halus, tersenyum membisikkan cinta

Nyaris tak terdengar tenggelam nyaringnya mata merah kalbu hampa

Dunia yang ditatap bak sebongkah bulatan mutiara tanpa jeda!

Selalu mendengus menempuh keluh

Pagi tak cantik lagi, malam lebam kelam bungkam

Tuhan sungguh halus, terus membisikkan kalimat-kalimat dzikir

Tapi terbaca sebagai lautan beban!

Atas sebab punahnya mata hati menatap ilustrasi bak mainan

Atas isyaratjika fenomena dunia tak lebih hanyalah bahan pemicu semata

Tuhan halus, tidak akan menangis dan marah

Selama sang hamba tengadah mengepalkan keteguhan visi

Ketika membaca morengnya wajah beban

Tatkala berkidung pasrah menyapa tangis permintaan rupa-rupa keinginan

Tuhan halus, telah menuntaskan catatan diri

Mana yang mesti terbaca bahaya?

Naik 2000 rupiah atau diam semata

Mana yang membuat hati harus mendengus?

Beban bertambah, ataukah terpesona diajak untuk lelah berupaya

Tuhan halus, menghaluskan hentakan beban

Seyogyanya langkah hidup bukan tersendat oleh batu dan karang

Selayaknya menata kehendak buka ragu kala melayangkan pandang

Sudah pasti, hidup bukan untuk menumpuk beban

Jangan terjadi, hidup sibuk untuk melahirkan kesulitan

Tuhan disinggasanaNya menatap tajam apa yang telah tertakdirkan

Memberi ruang dan waktu untuk melukis rupa catatan

Kisah yang akan menjadi teman

Apakah berbunyi pujian ataukah beban!

Tuhan halus, selalu mendahulukan rahmadnya

Maka, 2000 rupiah atau berapapun saja

Sesungguhnya bisa menjadi awal turunnya subsidi sayang

Dari Sang Kuasa

Tuhan halus, meninggikan manusia untuk menjadi khalifah!

(Bagi yang pro BBM naik, bantu mereka-mereka yang kontra untuk bisa menerima kenaikan ini, dengan seluruh hati dan sapa lirih. Bagi yang kontra, jika sudah merasa teriakan tidak mampu lagi menembus dinding penguasa, tersenyumlah. Tuhan begitu halus, senantiasa merindukan pinta-pinta. Maka balikkan arah teriakan itu, tembus saja dinding sayang Tuhan. Sungguh, lebih halus lebih bermakna...)

Kertonegoro, 18 Nopember 2014

Ilustrasi: http://sosbud.kompasiana.com/2013/06/26/gelagat-yang-selalu-terpajang-di-ilc-tvone-568471.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline