Lihat ke Halaman Asli

Sandiwara Demokrat

Diperbarui: 18 Juni 2015   07:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14044061001515169686

Seperti bisa diduga sebelumnya, netralitas Demokrat hanyalah sandiwara, bagaimanapun Hatta Rajasa adalah besan SBY, memenangkan Hatta Rajasa, sama saja dengan melanggengkan agenda SBY yang tertunda, dan mengamankan beberapa hal yang perlu diamankan.

Ada beberapa pertimbangan SBY kenapa tidak melakukan jauh hari sebelumnya;

Pertama, ingin melihat situasi politik selama masa kampanye, sambil terus memantau pintu rumah Megawati, apa sudah terbuka untuknya??

Ini penting, karena realitas politik, Jokowi berpeluang besar memenangkan pemilu presiden. Berdamai dengan Megawati berarti ada ruang mengamankan agenda politik SBY jika Jokowi terpilih jadi Presiden

Kedua, jika Demokrat terburu-buru mendeklarasikan dukungannya, akan menuai sentimen negatif kepada koalisi Tenda Besar Prabowo, karena publik mempresepsikan partai Demokrat dengan partai korup, fakta banyak kader utama Partai Demokrat tertangkap KPK, seperti Anas Urbaningrum (Ketum), Muhammad Nazaruddin (Bendahara Umum), A. Alfian Mallarangeng (Sekretaris Dewan Pembina), Angelina Sondakh (Wasekjen).

Strategi yang dimainkan SBY adalah memasukkan satu persatu gerbongnya mulai dari dukungan individu kader utama, diteruskan dengan fraksi partai Demokrat di DPR sampai akhirnya Partai Demokrat secara resmi mendeklarasikan diri masuk kedalam koalisi Prabowo-Hatta. Dengan cara menyicil seperti ini, sentiment negatif bisa diminimalisir.

Ketiga, sebenarnya strategi mengangkat semua elemen partai masuk kedalam koalisi Prabowo-Hatta merupakan jalan terakhir, melihat kinerja mesin partai dan tim sukses Prabowo-Hatta tidak memberi lonjakan yang signifikan bisa melampaui elektabilitas Jokowi-JK. Dengan cara ini Demokrat berasumsi bahwa SBY Lovers bisa mengalihkan dukungannya ke Prabowo-Hatta. Dengan harapan akan menambah vitamin kepada pasangan Prabowo-Hatta.

Apakah ini efektif?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline