Lihat ke Halaman Asli

Tifany Yesika

Undergraduate Student of Economic Management

Pentingnya Melaraskan Entrepreneurship dan Innovation dalam Membangun Startup di Era Digital

Diperbarui: 28 Maret 2022   14:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Kemenkeu 2022



Perkembangan dan pertumbuhan yang dirasakan oleh masyarakat global menandakan bahwa kita sudah masuk ke dalam era digital. Di era digital ini seluruh kegiatan menjadi mudah dibantu dengan kecanggihan teknologi yang ada. Aktivitas perusahaan juga sangat terbantu dengan adanya teknologi yang mumpuni ini. Saat ini sudah bermunculan banyak startup yang memanfaatkan kemudahan di era digital. Sopjani (2019) memaparkan bahwa startup merupakan salah satu usaha bisnis baru yang dapat mengembangkan model bisnis layak dan dapat menghasilkan peningkatan konstan secara solutif dan inovatif.

            Keberadaan startup yang dinilai mudah untuk membangunnya, pada kenyataannya dibutuhkan banyak usaha dan pantangan yang harus dilewati. Snyder (2021) memparkan hanya terdapat 10% startup yang dapat tumbuh dan mendapatkan modal balik, sementara itu 70% diantaranya tidak dapat bertahan dan 20% di antaranya mencapai pada break even point. Cap Gemini (2019 dalam Snyder, 2021) memaparkan bahwa dengan kepesatan era digitalisasi terutama dengan adanya pandemi Covid-19 banyak perusahaan startup yang berinovasi untuk mencapai konsumen. Namun sayangnya terdapat 90% perusahaan yang gagal dalam melakukan inovasi tersebut.

            Agar sebuah perusahaan startup dapat bertahan di era digitalisasi diperlukan kemampuan entrepreneurship yang memiliki inovasi sehingga dapat bergerak di derasnya arus perkembangan zaman. Drucker (1985 dalam Binus, 2017) menjelaskan “innovation is the specific tools of entrepreneurs, the means by which they exploit change as an opportunity for a different business or services” yang berarti inovasi adalah sebuah alat spesifik bagi para entrepreneur yang dapat memicu kesempatan untuk membawa perubahan di dalam sebuah perusahaan bisnis atau jasa.

            Perusahaan startup disinyalir dapat menjadi perusahaan yang dapat membantu perekonomian sebuah negara. Seperti halnya Indonesia yang dilansir dari Mediaindonesia (2022) yang berhasil masuk ke dalam daftar G20. G20 merupakan sebuah forum multilateral yang beranggotakan 19 negara dengan asosiasi Uni Eropa (EU). Bahkan Indonesia pada tahun 2022 dapat memimpin G20. Jika kita melihat perkembangan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia di zaman era digitalisasi, Indonesia memiliki banyak perusahaan startup yang mampu berinovasi lebih lanjut. Dengan begitu, perusahaan startup dapat menjadi sebuah ajang dalam membantu perekonomian sebuah negara.

Lalu bagaimana halnya bagi perusahaan startup yang dianggap gagal? Apa yang harus mereka lakukan? Dan apa saja permasalahan sehingga mereka dapat gagal? Bokhari dan Syed (2019) memberikan salah satu contoh negara Pakistan yang memiliki ketertinggalan dalam ekonomi global. Berdasarkan data Global Entrepreneurship Development Institute, Pakistan menduduki peringkat 122 dari 147 negara di dunia. Pakistan merupakan negara paling rendah kedua di Asia Pasifik di belakang negara Timur Tengah dan Afrika Utara. Bokhari dan Syed (2019) memaparkan beberapa alasan mengapa dan harus bagaimana Pakistan untuk meningkatkan perekonomiannya tersebut.

1. Design enabling policies and facilitate infrastructure

            Dalam hal ini pemerintah harus memainkan peran untuk dapat berinvestasi di dalam infrastruktur. Hal ini sudah banyak diterapkan oleh banyak negara yang menjadikan perekonomian negara tersebut tumbuh. Pemerintah memberikan prosedur terkhusus untuk pengusaha kecil yang lebih transparan dan sederhana sehingga dapat menghemat pengeluaran dan waktu. Pada era digital ini dapat dilaksanakan pembayaran melalui digital sehingga pengusaha startup dapat mengikuti perkembangan zaman dan merupakan sebuah upaya dalam berinovasi. .

2. Provide start-ups access to funding

            Pendanaan yang diberikan di Pakistan lebih terarah kepada bisnis tradisional, perusahaan startup dinilai memiliki risiko yang lebih tinggi sehingga jarang diberikan dana. Oleh karena itu, perusahaan startup harus berdiri secara mandiri untuk meningkatkan pertumbuhannya. Seperti memanfaatkan konteks lokal dalam upaya berinovasi dengan tetap menyeret kebudayaan lokal di era digital, mengelola Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni, sabar, dan terprogram, memiliki keteguhan dalam sifat independen sehingga mendapatkan talenta yang tepat, berinvestasi dalam skala besar, dan memantau kerja sesuai dengan nilai penciptaan model.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline