Lihat ke Halaman Asli

Sepenggal Kisah Mutiara

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mutiara. Gadis 14 tahun yang terlahir dengan fisik yang nyaris sempurna. Tinggi semampai, kulit kuning langsat, hidung mbangir dengan mata bulat bening. Rambut lurus warna merah jagung asli. Jika tidak memakai seragam biru putih, mungkin orang tak kan mengira jika dia masih duduk di kelas 8 SMP.

Di bidang akademik, kemampuannya standar, bahkan cendurung di bawah rata-rata. (tapi masih lumayanlah,, setidaknya masih konek  merespon jika di beri pertanyaaan saat KBM). Meski begitu dia sangat terkenal di lingkungan sekolah. Bahkan selalu menjadi topik hangat di ruang guru. Tingkahnya bisa di bilang aneh, tidak lazim, dan berbeda dari teman-temannya. Tiap pagi dia datang nyaris bersamaan dengan bel tanda masuk berbunyi. Kelasnya  yang berada di lantai atas memaksanya untuk berlari-lari agar tak keduluan masuk dengan guru. Apalagi jika pelajaran pada jam pertama mapel Fisika. Sudah bisa dipastikan akan DMDL (Duduk Manis Di Luar) jika sampai terlambat masuk. Tas punggungnya diberi gantungan kunci seabrek,, sehingga saat dia lari terdengar gemerincing di sepanjang koridor yang dilaluinya. Sampai di kelas nafasnya masih tersengal-sengal. Rambut sebahu yang diikat seadanya tak mampu menghambat laju keringan yang mengucur di sekujur tubuhnya. Padahal masih jam 7 pagi!..

Duduknya selalu di deretan paling belakang, meski datangnya paling akhir. Bangku di pojok dengan 2 kursi itu telah dikaplingnya. Seperti ada peraturan melekat yang tidak tertulis  bahwa ia pemilik 2 kursi itu. sehingga tak ada seorangpun yang berani duduk di bangkunya meski dia tak masuk sekalipun. Setelah tas ia letakkan, buru2 ia mengambil buku dari dalam tasnya untuk kipasan..hmmmmm

Meski tak pandai di bidang akademik,, tapi dia senang menyanyi dan pandai menggambar. Lukisannya bagus dan enak diliat.Suaranya pun merdu. Saat jam istirahat, Jika teman yang lain berjubel di kantin, dia lebih sering menghabiskan waktunya di ruang musik. Di sana ia bernyanyi sambil memetik gitar sampai bel masuk berbunyi.. Jika jam pelajaran usai, dia kembli lagi ke ruang musik itu dan betah menyendiri di sana sambil menunggu jam  ekstra kurikuler tiba. Dan kelas yang diikutinya tentu saja kelas musik..

Awalnya aku tak mengenalnya secara personal. Karena aku belum pernah masuk di kelasnya. Semua kebiasaannya itu ku ketahui dari guru2 yang mengajar di kelasnya. Hingga  iseng-iseng aku buka akunnya. "Tiara Menanti Kematiannya" begitu ia memasang nama di Fb, dengan PP dirinya sedang menengadah ke atas. Aku baca statusnya yang kebanyakan bernada depresi dan kecewa. Entah keluarganya, pacarnya ( anak smp juga dari sekolah lain) atau kekesannya terhadap dirinya sendiri..

"Sebeeeelllllll,, Ayah gag saiang ma aq. Ayah lebih merhatiin abang"..

"Mamah,, Ke mana aja sich, Tiara bosen di rumah sendirian"

"Tuhaan,, cabut sja nyawa Tiara sekarang, daripada hidup seperti ini"

bla....bla...bla....

Ada juga beberapa note nya yang semuanya berkisah tentang kekecewan dan kesedihan.

Satu saat  ia update status yang berisi umpatan kasar (tak perlu ditulis ya disini ya..). Karena risi,, aku kirim inbox padanya dan bertanya kenapa. Mungkin merasa dapat tempat, dia cerita  panjang lebar di inbox. Banyak hal yang dia ceritakan .Dari situlah aku tahu bahwa dia anak orang berada. Ayahnya seorang perwira, yang selalu dinas di luar kota  sedang ibunya dokter gigi yang juga sibuk memberi seminar kesehatan di sana-sini.. Kakaknya laki2 sudah kuliah, tentu saja sudah hidup dengan dunianya sendiri. Praktis hari-hari di luar sekolah ia lewati sendiri.Dia merasa semua orang tak ada yang menyayanginya. Ayahnya, Mamanya, Abangnya, sibuk dengan urusan mereka sendiri. Karena tingkahnya yang sedikit nyleneh, dia juga tak memiliki banyak teman. Belum lagi pacarnya yang tiba-tiba berpaling (dia juga cerita gaya pacarannya yang melewati batas untuk anak seusianya). Dia merasa tak ada yang peduli padanya, dan kematian adalah cita-cita luhurnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline