Kini sering muncul perdebatan soal Sila pertama dari Pancasila yaitu Ketuhanan yang Maha Esa . Perdebatan itu kurang lebih mengarah pada perbandingan versi Tuhan antara satu agama dengan yang lainnya, sehingga seringkali jatuhnya adalah justifikasi agama.
Ini juga merupakan bahan cerama agama yang sering dilakukan oleh umat. Kita sering menjumpai kajian-kajian agama menjadi arena pengajaran intoleransi pada umat sehingga tak jarang mereka menjadi (merasa) eksklusif bahkan kemudian dalam kehidupan nyata mereka enggan untuk bergaul dengan yang lain yang mungkin berbeda keyakinan.
Mereka memilih menyekolahkan anak mereka di sekolah-sekolah eksklusif, mereka juga berumah di perumahan yang melebal dirinya agama tertentu dll. Proses moderasi agama yang seharusnya dominan tidak ditemukan pada level ini.
Sila Pertama adalah bagian yang diupayakan oleh para pendiri bangsa ini dalam mengupayakan moderasi. Sila ini menjembatani antar keyakinan dan mengajak untuk bersama-sama membangun negeri. Sila ini juga harusnya menjadi panduan inklusif mewujudkan masyarakat rukun dan saling menghormati perbedaan agama.
Ironisnya terjadi hal-hal yang seperti saya sebutkan di atas sehingga yang muncul dan dominan adalah eksklusivitas dan akhirnya memunculkan intoleransi. Kita bisa lihat bagaimana masyarakat yang hidup bersama di perumahan yang plural, kian intoleran jika umat salah satu agama melakukan ibadah di rumahnya karena dianggap berisik. Ini terjadi di jawa Timur beberapa waktu lalu.
Intoleransi dan eksklusivitas juga terjadi di ranah pendidikan. Jika kita amati ada pergeseran dalam cara berpakaian siswa dan siswi pada sekolah umum dibanding 20-30 tahun lalu. Juga keluhan orang tua yang mengatakan bahwa sebagian guru mengajarkan intoleransi.
Salah satu upaya pemerintah untuk mengurangi gejala ini adalah dengan salam lintas agama. Meski beberapa pihak menentangnya atau menganggap sini, jika kita tilik maknanya, adalah upaya dari pemerintah untuk kembali menumbuhkan toleransi beragama di Indonesia.
Toleransi agama menjadi penting dan krusial karena seringkali inilah yang menjadi alat pemecah belah pada masa ini. Meski tidak menimbulkan bentrokan fisik, namun ketegangan ketegangan antara warga sering terjadi, apalagi ini menjelang pelaksanaan pemilihan umum daerah.
Hargailah segala upaya termasuk oleh pemerintah untuk mempersatukan bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H