Negara kita yang membentang dari Sabang sampai Merauke terdiri laut dan kepulauan. Ada yang salah dengan pandangan masyarakat tentang laut dan kepulauan Indonesia yang sangat luas itu. Pandangan salah ini karena cara berfikir kita yang memandang satu wilayah adalah daratan.
Karena memandang daratan sebagai hal utama dari satu wilayah, maka laut dianggap sebagai pemisah bagi kepulauan Indonesia. Kita ambil contoh daratan China atau Amerika yang memiliki daratan yang sangat luas dalam satu negara. Masyarakat menganggap wilayah dengan daratan luas cukup menguntungkan karena memudahkan mobilitas.
Baca Juga: Rasisme: Ber-Bhinneka Tunggal Ika tapi Tidak Seiring dengan Toleransi
Sebaliknya, negara dengan kepulauan seperti Inggris atau Indonesia laut menjadi tantangan tersendiri. Terlebih Indonesia karena belasan ribu pulau kita miliki membuat banyak orang merasa bahwa laut adalah penghambat.
Apalagi pada zaman orde baru, dimana pembangunan banyak dikonsentrasikan di Jawa dan melupakan beberapa tempat potensial yang seharusnya juga dibangun untuk distribusi dan pemerataan pembangunan. Kita ambil contoh semisal Nusa Tenggara Timur atau Papua, atau kita ambil ontoh kepulauan Maluku.
Pengabaian beberapa tempat karena terpisahnya daratan dengan laut membuat pulau-pulau itu tertinggal dalam hal pembangunan dan jalur distribusi. Akibatnya kesejahteraanpun menjadi aspek yang sampai hari ini menjadi pekerjaan yang cukup rumit. Menyatukan Nusantara dianggap sesuatu yang sangat berat.
Padahal jika kita mengubah mindset kita soal laut maka kita akan mendapati bahwa laut itu menyatukan bukan memisahkan.Hal ini sesuai dengan deklarasi Djuanda yang mengedepankan laut sebagai aspek penting dalam berbangsa dan bernegara. Djuandalah yang membuka mata kita dan dunia diplomasi kita akan pentingnya laut dalam daratan suatu negara.
Demikian juga dalam berbangsa dan bernegara, dimana kita seringakali menganggap hal berbeda menjadi hambatan untuk maju. Saya contohkan di sini adalah agama atau keyakinan. Jika seseorang berbeda agama dengan mayoritas, orang merasa orang itu berbeda dengan itu, padahal yang berbeda itu justru mempererat kita sebagai bangsa.
Baca Juga: Bhinneka Tunggal Ika Menyatukan Kita dari Kesukuan yang Berbeda
Mungkin kita bisa belajar dari cara berfikir Djuanda yang ingin mengubah tantangan menjadi solusi yang harus tetap kita olah agar kita tetap kuat dan bersatu sebagai bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H