Lihat ke Halaman Asli

Cinta dan Wanita

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

hatiku cuma ada satu
sudah untuk mencintaimu
tolong jangan sakiti lagi
nanti aku bisa mati

sayangku cuma untuk kamu
cintaku cuma sama kamu
tolong jangan hancurkan lagi
nanti aku bisa mati

*****

Shinta mencoel lengan Shanti. Mereka teman sejak kecil, nama dan potongan rambut yang hampir sama membuat mereka disangka anak kembar.
Shanti menoleh dan bertanya, "Ada apa Shin.. tugas fisika kamu dah beres? Aku masih ngerjain Geografi ni."
"Engga Shan.. Eh lu inget Doni gak? Temen sewaktu kita kecil. Tapi terus pindah dari kompleks ini karena orang tuanya pindah tugas," Shinta malah balik bertanya.
Shanti menjawab,"Eng.. Doni. Doni? Yang potongan rambutnya kayak Adi bing slamet ya?"
Shinta meneruskan, "Iya bener. Kemana ya dia sekarang?"
Shanti menggelengkan kepalanya, "Meneketehe...!"
"Tambah keren gak ya dia? Gue masih inget waktu main nikah-nikahan sama dia.."
"Wooooy.. Bangun. Orangnya juga dah kemana. Belum tentu juga dianya inget ame lo. Udah tuh lanjutin peer fisikanya," Shinta menutup dialog yang kagak jelas itu.

*****

"Diit..." suara diujung telfon memanggil namanya.
"Iya ada apa? Cepetan gue sibuk ni," jawab Didit yang sedang ditunggu temannya yang main basket.
"Engga.. Gue mau ngomong yang pribadi ama lo," sahut suara manja di ujung sana.
"Iya. Tapi cepetan," Didit melihat kawan-kawannya sudah asyik menggiring bola basket.
"Gini. Menurut analisa gue, setelah gue tes case ke elo, kita bisa jadian," lanjut suara di seberang sana.
"Gak lah. Gue nolongin lo tulus. Lagian lo kan tahu, gue udah punya pacar," suara Didit meninggi.
"Ah.. Jangan-jangan nama yang kamu ceritain itu boongan. Cuma buat aku cemburu aja," tetap saja suara pede itu keluar.
"Ngapain juga aku cerita boong? Kalo engga percaya telpon aja nomer ini," kata Didit sambil menyebutkan nomer telpon.
"Oke nanti gue telpon, tapi besok kita ketemu di perpus ya," pintanya.
"Engga usah.. Besok gue sibuk," Didit kesal bukan main.
"Kalo gitu gue yang ke kos.."
"Engga pake..." Didit menutup telpon dan berlari ke lapangan basket bergabung dengan teman-temannya.

*****

Arum termenung di kamarnya, hatinya masih saja sedih. Setelah tiga tahun jadian, dan menjalani indahnya cinta, Dimas memutuskannya. Masalahnya sebetulnya sepele, tapi Arum dan Dimas itu seakan bensin yang terpercik api. Dan Dimas memutuskannya.

Arum tahu Dimas takkan kembali lagi, sebab dia akhirnya jadian dengan teman dekatnya juga. Arum menarik diri dari mereka berdua, dan hidup bagai kerakap di atas batu. Teman-temannya sudah sering mengingatkan agar tetap semangat dan menyibukkan diri dengan unit aktivitas mahasiswa lainnya. Tapi ini tak pernah sama lagi, tanpa Dimas di sisinya.

Hapenya berbunyi, sebuah pesan mms dari Rida. Dengan enggan Arum membuka. Tenyata sebuah potongan lagu... dunia belum berakhir, walau kau putuskan aku.. masih ada teman-temanku, menemaniku..

Arum tersenyum walaupun berat. Yeaahh dunia belum berakhir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline