Lihat ke Halaman Asli

Islam dan Interaksi Peradaban

Diperbarui: 11 Februari 2022   07:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketika Islam berhasil menguasai suatu wilayah, agama ini tidak melakukan penghancuran terhadap peradaban yang sudah ada, justru memberikan sentuhan baru. Tidak melakukan pembakaran pada ribuan manuskrip dan buku. Tetapi, berbagai manuskrip dan buku tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa arab untuk dipelajari, dikomentari dan dikritisi. Dari proses dialetik ilmu pengetahuan ini, kemudian melahirkan ilmu pengetahuan baru yang berbasis Tauhid tentunya. 

Inilah wajah Islam sesungguhnya, memberikan tempat tertinggi pada akal atau nalar rasional. Maka jangan heran apabila di abad pertengahan banyak para pelajar dari barat berbondong-bondong belajar Ilmu pengetahuan ke dunia Islam, ketika dunia barat sendiri mengalami "pengekangan" pada akal pikiran.

Para pencari ilmu dari dunia barat rela menempuh perjalanan jauh untuk meneguk percikan pencerahan dari peradaban Islam. Maka sekembalinya mereka belajar dari dunia Islam, berbagai buku pemikiran filsafat Yunani kuno yang saat itu berteks bahasa arab diterjemahkan ke dalam bahasa latin. Dari proses transfer ilmu pengetahuan inilah, akhirnya dunia barat kembali bisa mengakses pemikiran para leluhurnya, termasuk bisa mengakses pemikiran, ilmu pengetahuan dan teknologi baru dari para ilmuwan Islam. 

Dampak dari bersentuhan dengan dunia Islam ini, dunia barat mengalami era renaisans atau era pencerahan atau masa kelahiran kembali, sebuah era yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Itulah cara kerja peradaban, terkadang berbenturan karena konflik, tetapi diwaktu tertentu mereka bersilang ilmu pengetahuan, saling memberikan kontribusi pada kemajuan peradaban umat manusia.

Saya teringat salah satu buku karya Prof. Raghib As-Sirjani berjudul The Harmony of Humanity, isinya bisa dikatakan berbeda dengan Teori Benturan Peradaban dari Samuel P. Huntington, bagi Prof. Raghib As-Sirjani bahwa watak manusia sejatinya meng-ingin-kan hidup dalam keselarasan dan kedamaian, saling berbagi satu dengan lain. Karena menurutnya kesamaan antara umat manusia itu lebih dominan dari pada perbedaanya. Teori dari Prof. Raghib As-Sirjani ini bisa dikatakan sebagai antitesis The Clash of Civilization dari Huntington. 

Kontribusi Islam pada kemajuan peradaban barat merupakan fakta sejarah tak bisa dibantah. Juga sebuah fakta sejarah yang tak bisa dinegasikan, bahwa kemajuan peradaban Islam juga hasil dari interaksi para ilmuan Islam pada literatur dari peradaban lain baik dari Yunani, India dan Persia. Para ilmuan Islam ini tak hanya membaca, menerjemahkan serta memberikan komentar atas karya peradaban-peraban tersebut. Tapi mengembangkan keilmuan baru berdasar prinsip ketauhidan yang menjadi pondasi keilmuannya.

Islam, sebuah agama yang tidak saja menyampaikan pesan kedamaian dan toleransi. Namun, juga menyampaikan arti pentingnya untuk melahirkan, mengembangkan dan memajukan ilmu pengetahuan itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline