Lihat ke Halaman Asli

Tiara Yuli Tri Swadana

Mahasiswa Universitas Negeri Malang

Mengulik Eksternalitas Pabrik Gula Tjoekir di Jombang

Diperbarui: 6 Desember 2023   19:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://images.app.goo.gl/R5a4w72mhdCH2CXK7

JOMBANG---Salah satu pabrik gula terbesar di Jawa Timur terletak di Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, yaitu PG Tjoekir. Pabrik Gula Tjoekir merupakan pabrik gula yang dibangun dan beroperasi sejak masa Kolonial Hindia Belanda, sebelum akhirnya berpindah tangan pada pemerintah Indonesia. Hal ini yang kemudian menyebabkan PG Tjoekir masuk dalam kategori pabrik gula tertua di Jombang. Pabrik gula ini menyimpan sejarah menarik di dalamnya, sebelum akhirnya bisa berdiri kokoh dan berjaya saat ini. 

Keberadaan pabrik gula di tengah masyarakat tentu menimbulkan berbagai eksternalitas yang dirasakan, entah itu eksternalitas positif maupun negatif. Definisi eksternalitas sendiri merupakan biaya atau manfaat transaksi pasar yang tidak tercermin dalam harga. Ketika ada eksternalitas, pihak ketiga (selain penjual dan pembeli suatu barang) terkena dampak produksi atau konsumsi barang tersebut. Eksternalitas muncul karena manfaat dan biaya yang ditanggung pihak ketiga tidak diperhitungkan oleh penjual dan pembeli barang (Hyman).

"Untuk ekternalitas negatif pabrik gula itu limbah air dari proses produksi yang dibuang ke sungai menimbulkan bau tidak enak dan menyengat, kemudian asap yang dihasilkan membuat udara jadi kurang sehat bagi masyarakat sekitar."Kata Mbak Dienar, warga sekitar PG Tjoekir.

"Untuk dampak negatif yang saya rasakan dari pabrik gula ini polusi udara ya, soalnya debunya itu bisa sampai masuk ke dalam rumah." Ucap Mas Fikri, warga sekitar PG Djoekir.

Adanya polusi ini menyebabkan pencemaran lingkungan dan kemungkinan resiko kesehatan pernafasan bagi masyarakat sekitar. Adanya pencemaran lingkungan mengharuskan masyarakat mengeluarkan biaya tambahan agar memperoleh kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, masyarakat sekitar PG Tjoekir harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli masker atau pengharum ruangan agar nyaman beraktivitas sehari-hari tanpa mencium bau tak sedap yang berasal dari sungai tempat pembuangan limbah cair pabrik.

"Kalo untuk eksternalitas positifnya mungkin membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar ya, kemudian selain itu dengan adanya pabrik ini perekonomian masyarakat sekitar dapat meningkat. Karena di sekitar pabrik ada banyak pedagang UMKM yang membuka warung makanan, toko dan lainnya." Ucap Mas Fikri

Eksternalitas negatif muncul merupakan sebab dari adanya pabrik gula, maka pihak pabrik memberikan biaya kompensasi sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kerugian yang dialami masyarakat sekitar. Biaya kompensasi ini diberikan dengan harapan bisa mengurangi kerugian yang dirasakan oleh masyarakat setempat.

"Kalo untuk kompensasi dari pabriknya itu setiap selesai berproduksi, mereka melakukan pembagian sembako berupa beras, minyak, gula. Pembagian ini diberikan hampir ke seluruh masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik. Terus kalau bulan Ramadhan itu ada pembagian zakat fitrah, kemudian ada juga pembagian daging qurban pada saat hari raya Idul Adha.", Kata Mbak Dienar

"Kalau untuk sembako diberikan 1 tahun sekali, namun tahun kemarin sudah tidak dapat mungkin karena dampak dari Covid ya. Bisa jadi hasil produksi dan profit pabrik menurun, nggak semaksimal sebelumnya." Sambung Mbak Dienar

Eksistensi pabrik gula di tengah masyarakat bisa dikatakan sebagai hal yang memiliki dampak fifty-fifty dalam hal positif dan negatif. 

"Menurutku sih lebih baik ada pabrik gula, soalnya dengan adanya pabrik ini bisa menyediakan lapangan kerja terutama bagi masyarakat sekitar." Ungkap Mbak Dienar

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline