Lihat ke Halaman Asli

Tiara Utari

Mahasiswa

Wawancara dengan Mahasiswa Suku Minoritas di Lingkup UPI

Diperbarui: 16 November 2022   17:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Senin, tanggal 14 November 2022 saya mewawancarai salah seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang berasal dari Sumatera Barat.  Ia adalah seorang  perempuan berumur dua puluh tahun berinisial TA. Saat ini, TA sedang menempuh perkuliahan semester 5, namun karena pandemi ia baru baru ke Bandung semester 4 kemarin.


Seperti yang diketahui, umumnya mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia berasal dari suku Sunda. TA selaku perempuan berdarah Minang ini merupakan minoritas sehingga membuat penulis ingin mengetahui bagaimana situasi dan hal apa saja yang dialami oleh kawan, sanak perantauan yang ada di Bandung terkhusus di ruang lingkup pendidikan di UPI.


Selama berada di UPI TA mengatakan bahwa tidak pernah mengalami perundungan dan rasis baik di lingkungan perkuliahan, pertemanan maupun tempat tinggal. Disini orang-orangnya ramah dan tutur bahasanya sangat lembut.

TA juga mengungkapkan bahwa dia bersyukur bertemu teman-teman yang baik disini. Meskipun beragam kepercayaan, suku dan adat kebiasaan, selama di UPI TA belum pernah menjumpai perlakuan yang membedakan-bedakan mahasiswa.


Meskipun begitu, tidak menutup kemungkinan bahwa mahasiswa membentuk circle-circle pertemanan. Sebagian ada yang ramah, namun juga indivual. Namun, di dunia perkuliahan hendaklah kita harus berpandai-pandai dalam bergaul. Terlebih lagi sekarang berada di rantau orang, jauh dari orangtua, pungkas beliau.


Untuk beradaptasi, tidak terlalu sulit menurut TA. Hal ini lebih mudah karena sebelumnya TA juga sempat tinggal dan sekolah di SMP Daruut Tauhiid tidak jauh dari UPI lalu balik ke Sumatra Barat sewaktu SMA. Untuk makanan pun sebenarnya tidak jadi masalah walaupun makanannya  manis. Namun yang perlu penyesuaian saat disini adalah suhunya karena sangat dingin sedangkan Sumatra Barat cenderung lebih panas, ungkap TA. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline