18 Mei 2022 - Aktivisme media sosial adalah penggunaan teknologi jaringan sosial untuk mengorganisasi dan mengoordinasi tindakan yang mendukung perubahan sosial politik di masyarakat. Aksi politis lewat media sosial tanpa perlu usaha atau komitmen ini dikenal dengan slacktivism, istilah yang memadukan kata activism dengan slacker yang berarti pemalas. Sayangnya, karena beradaptasi dengan wadah digital, aktivisme media sosial justru sering kali lebih mengejar angka-angka interaksi alih-alih tujuan utama aksinya.
Teridentifikasi aktivisme media sosial sebagai fenomena sosial di mana terdapat isu yang diperdebatkan, tindakan kolektif, solidaritas atas identitas kolektif, dan adanya upaya untuk menyelesaikan masalah melalui komunikasi. Tindakan dan solidaritas kolektif itu sendiri dibedakan dalam tindakan kelompok (collectivized collective action) dan tindakan individu yang dilakukan bersama-sama (individualized collective action), atau yang disebut sebagai concensus mobilization. konsep aktivisme media sosial kerap memancing perdebatan mengenai hubungan media sosial dengan demokrasi partisipatif.
Di era saat ini banyak sekali terjadi aktivisme media sosial, terutama di platform Instagram dan juga twitter. Di era new media ini, aktivisme terjadi dan menjadi sebuah tren di beberapa media social, maka dapat kita lihat bahwa di era new media ini banyak membantu beberapa orang yang ingin melakukan aktivisme secara langsung dan bisa mereka lakukan melalui media social, tentu saja dengan adanya Aktivisme di media sosial ini terjadilah pro dan kontra dari beberapa pihak, Ada sisi bagus dan tidak bagusnya yang tentu saja kita sebagai pengguna media sosial harus pintar - pintar ketika melihat sebuah Aktivisme yang terjadi di media sosial.
Tentu saja dengan adanya Aktivisme ini memunculkan beberapa hal baik di mana semua orang bisa menyuarakan sesuatu yang mereka anggap benar dan sesuai dengan tujuan mereka, Akan tetapi dalih-dalih orang yang mengikuti Aktivisme di media sosial ada saja yang menyimpang dan tidak sejalur dengan tujuannya. maka dari itu kita sebagai pengguna media sosial, harus tetap berhati hati ketika ingin mengikuti sebuah Aktivisme yang terjadi di media sosial karena bisa saja apa yang kamu ucap di media sosial tidak selaras dengan tujuan Aktivisme yang terjadi. Dan jangan semata-mata hanya mencari sebuah angka dan perhatian public.
Pada akhirnya aktivisme media social di era new media ini masih belum sesuai dengan jalan nya, ada yang melihat angka dan ada juga yang menuntut tenaga dan keadilan. Aktivisme media social mungkin berhasil menyebarluaskan sebuah pesan, tetapi bijaklah bagaimana menanggapi nya. Maka silahkan melakukan aktivisme di media social di era new media ini, akan tetapi tetap patuhi aturan yang ada, dan jadilah pengguna media social yang baik, agar aktivisme yang dilakukan mencapai tujuan dan membuahkan hasil. (Tiara)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H