"Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp.5.969 triliun di kuartal 3", "Singapura Simpan Rp. 2.487 T Devisa RI, Tapi Utang jalan terus!".
"Sementara itu, APBN 2022 mengalami defisit Rp464,3 triliun atau 2,38 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Defisit APBN tersebut terjadi karena pendapatan negara hanya sebesar Rp2.626,4 triliun pada 2022. Di sisi lain, belanja negara justru mencapai Rp3.090,8 triliun."
"Keuangan (Kemenkeu) mencatat posisi utang pemerintah hingga 30 Juni 2023 mencapai Rp 7.805,19 triliun. Jumlah utang itu sudah naik Rp 50,21 triliun sepanjang tahun ini."
Utang negara Indonesia terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dan diperkirakan akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terhadap stabilitas ekonomi negara dan kesejahteraan warganya.
Selain itu, dalam jangka panjang utang luar negeri dapat menimbulkan berbagai macam persoalan ekonomi negara Indonesia, salah satunya dapat menyebabkan nilai tukar rupiah jatuh (Inflasi) dan yang pasti akan mengakibatkan ketergantungan dari penerima bantuan (dalam negeri) terhadap pemberi bantuan (luar negeri).
Pada tahun 2023, utang negara Indonesia diperkirakan akan mencapai angka tertinggi sepanjang masa, yaitu sebesar 38 % dari PDB. Jumlah ini meningkat signifikan dari tingkat utang saat ini sebesar 29 %. Meskipun pemerintah telah menerapkan kebijakan untuk mengelola utang ini, seperti mengurangi subsidi dan meningkatkan pendapatan pajak, dampaknya terhadap kesejahteraan negara cukup besar.
Kesejahteraan Indonesia telah menurun selama bertahun-tahun, seiring dengan meningkatnya kemiskinan dan kesenjangan. Koefisien ini, yang mengukur ketimpangan pendapatan, meningkat, menunjukkan bahwa kekayaan terkonsentrasi di negara tersebut hanya berada di tangan beberapa orang. Selain itu, Jumlah kemiskinan terus naik, terutama di daerah pedesaan di mana akses terhadap pendidikan dan kesehatan terbatas.
Jika kita berkaca pada situasi terkini, sektor infrastruktur, sektor pendidikan, sektor ekonomi juga belum tertata sempurna. Banyak nya ketimpangan yang terjadi antara kesejahteraan rakyat masih belum terselesaikan. Kini apakah kita juga harus tetap memikirkan utang negara jika kesejahteraan rakyat belum juga terpenuhi? Utang memang sering dikonotasikan sebagai hal yang negatif, namun nyatanya kadang utang dapat menjadi hal yang sangat menguntungkan jika dimanfaatkan dengan baik. Sekali lagi jika dimanfaatkan dengan baik. Karena itulah kesejahteraan rakyat harus terus di introspeksi dengan tingginya utang negara, jika dalam situasi hal tersebut masih masih menjadi dua masalah yang sangat besar.
Penurunan kesejahteraan dapat disebabkan oleh fokus pemerintah pada pengelolaan utang, dibandingkan investasi pada program sosial dan infrastruktur. Meskipun mengurangi utang negara penting untuk stabilitas ekonomi, hal itu tidak boleh mengorbankan kesejahteraan warga negara.
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah Indonesia perlu mencapai keseimbangan antara pengelolaan utang negara dan investasi pada program sosial dan infrastruktur. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan pendapatan pajak, mengurangi korupsi, dan memprioritaskan belanja pada pendidikan, layanan kesehatan, dan infrastruktur.
Kesimpulannya, utang negara Indonesia yang tinggi dengan kesejahteraan yang menurun pada tahun 2023 memprihatinkan. Pemerintah perlu mengambil tindakan untuk mengelola utangnya sambil juga berinvestasi dalam program sosial dan infrastruktur untuk meningkatkan kesejahteraan warganya. Kegagalan untuk melakukan hal ini dapat menimbulkan konsekuensi jangka panjang yang signifikan terhadap stabilitas ekonomi dan kesejahteraan sosial negara. Utang memang merupakan salah satu cara untuk menutupi kekurangan biaya APBN yang dianggarkan untuk kesejahteraan rakyat, namun utang bukan merupakan jalan satu-satunya untuk memenuhi kesejahteraan rakyat, bisa jadi utang adalah salah satu penyebab menurunnya kesejahteraan rakyat yang terjadi saat ini.