Jika menyinggung nama Gayatri Rajapatni, mungkin sebagian dari kita masih merasa asing ketika mendengar nama tersebut. Padahal ia memiliki kontribusi yang besar bagi kejayaan Kerajaan Majapahit ketika itu.
Hal tersebut dapat dikatakan wajar jika mengingat apa yang diajarkan dalam kurikulum tentang kerajaan-kerajaan di Nusantara termasuk Majapahit di dalamnya yang hanya menyinggung tokoh-tokoh seperti Patih Gajah Mada dan Rajasanegara atau lebih dikenal sebagai Hayam Wuruk.
Perjalanan hidup seorang Gayatri Rajapatni dapat dikatakan menarik. Ia lahir dan tumbuh di lingkungan Kerajaan Singasari dan menghabiskan masa tuanya hingga wafat pada masa Kerajaan Majapahit. Gayatri menjadi saksi hidup keruntuhan Singasari akibat pemberontakan Jayakatwang dan juga menapaki berdirinya Majapahit hingga mencapai puncak kejayaan.
Gayatri Rajapatni adalah putri bungsu dari raja terakhir dan terbesar Singasari, yakni Raja Kertanegara. Gayatri digambarkan sebagai sosok gadis berparas cantik jelita. Sebagai seorang putri raja, Gayatri bukanlah sosok yang manja dan hanya sibuk bersolek dan memperhatikan penampilannya saja.
Daripada hal tersebut, Gayatri lebih tertarik untuk memperhatikan kehidupan di Kerajaan Singasari dan memperbanyak ilmu dan wawasannya dengan belajar. Sejak kecil Gayatri sudah gemar belajar. Ia menghabiskan banyak waktunya untuk belajar, salah satunya belajar dengan ayahnya, Raja Kertanegara. Dapat dilihat bagaimana kagum dan segannya Gayatri terhadap sosok ayahnya itu. Ia selalu ingin belajar secara langsung kepada ayahnya untuk dapat mengetahui bagaimana peranan ayahnya dalam melaksanakan kepemimpinan.
Melihat bagaimana antusiasnya sang putri dalam menuntut ilmu, Kertanegara pun memberikan Gayatri seorang guru yang merupakan seorang pendeta. Dari gurunya itu Gayatri mempelajari banyak hal, seperti mempelajari kitab-kitab Buddhis tentang nalar, kajian, peribadatan, yoga, dan meditasi. Selain itu, Gayatri juga menyukai kisah-kisah atau cerita panji yang berkembang dalam masyarakat Jawa.
Keinginan Gayatri untuk dapat mengikuti jejak dan peranan sang ayah membuatnya masih tetap sering berguru pada ayahnya sekalipun Kertanegara sudah memberikan Gayatri seorang guru pribadi. Kedekatan anatara ayah dan anak itulah yang membuat Kertanegara turut mewarisi pemikiran-pemikiran dan visinya kepada Gayatri. Termasuk salah-satunya visi Kertanegara untuk dapat menyatukan seluruh Nusantara di bawah panji Singasari melalui politik Dwipantara.
Setelah pemberontakan Jayakatwang yang menewaskan kedua orang tua Gayatri sekaligus mengakhiri masa kepemimpinan Kerajaan Singasari, Raden Wijaya, menantu dari Kertanegara, menuntut balas dengan melakukan perlawanan terhadap Jayakatwang. Setelah keberhasilan Raden Wijaya membunuh Jayakatwang, ia mendirikan Kerajaan Majapahit yang merupakan generasi penurus dari Kerajaan Singasari yang telah runtuh.
Raden Wijaya yang sebelumnya sudah menikai putri sulung Kertanegara, Tribuhwaneswari, kemudian mempersunting tiga putri Kertanegara yang lain termasuk diantaranya adalah Gayatri, guna mengukuhkan dirinya sebagai penerus dari Kerajaan Singasari. Selain keempat putri Kertanegara yang dijadikannya istri, Raden Wijaya juga mengangkat seorang selir keturunan Melayu bernama Dara Petak.