Lihat ke Halaman Asli

Pengembangan Masyarakat pada Desa Pembuat Tahu dan Tempe

Diperbarui: 5 Juli 2023   08:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gambar yang ditangkap saat Mahasiswa/i BPI 2-A berkunjung ke Kalideres

Mahasiswa/i dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Melakukan Studi Lapangan di tempat pemukiman warga dengan mayoritas warganya yang berprofesi sebagai pembuat tempe dan tahu yang berlokasi di Kalideres, Jakarta Barat, yang dilaksanakan pada Selasa, 27 Juni 2023. 

Kegiatan ini dilaksanakan untuk memenuhi nilai Ujian Akhir Semester pada pelajaran Pengantar Pengembangan Masyarakat dengan Pemangku saya. yaitu Bapak M. Jufri Halim, S.Ag., M.SI. Mahasiswa/I dengan jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam ini melakukan Studi Lapangan dengan terjun langsung ke masyarakat dan melakukan wawancara untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pengembangan masyarakat yang ada di tempat tersebut.

Dari Ibu Citra yang kediamannya kami singgahi untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai usaha beliau yang menjadi pembuat tahu dan tempe. Ibu Citra menjelaskan mengenai mengapa banyak dari penduduk di kampung ini yang memiliki usaha sebagai pembuat tahu dan tempe, beliau menjelaskan bahwasanya pemerintah pernah mengumpulkan masyarakat yang berprofesi sebagai pembuat tahu dan tempe untuk dikumpulkan, Beliau juga menambahkan bahwa pembuatan tahu dan tempe ini tidak boleh disembarang tempat karena aroma limbahnya yang kurang sedap, maka dari itu pembuatannya harus disatu tempat agar tidak menganggu masyarakat yang memiliki  profesi yang berbeda, untuk limbahnya sendiri dapat dialirkan ke pembuangan limbah yang kemudian akan disaring. Mengenai mengapa bahwa Beliau memilih untuk menggeluti usaha sebagai pembuat tahu tempe ini karena  pekerjaan ini sudah turun temurun, bahkan orang tua suaminya bekerja demikian, Beliau melakukan pekerjaan ini sekitar 13 tahun dihitung dari saat beliau menikah. Omset yang didapatkan dari usaha ini juga lumayan, Beliau mengatakan bahwa perharinya dari penghasilan bersih sekitar 200 ribu rupiah, dengan dirinya sendiri yang membuat barang yang kemudian akan dijual oleh suaminya di pasar.

Dampak mengenai profesi yang sudah menjadi mayoritas pada desa yang kami datangi adalah tentu bahwa profesi ini membantu ekonomi dari masyarakat dari mata pencaharian ini, pabrik tahu tempe juga memberikan cukup banyak lapangan kerja hingga membantu sebagian masyarakat yang masih belum memiliki pekerjaan untuk dapat memilikinya. 

Kelompok dari masyarakat ini juga terbilang cukup mandiri dalam melakukan usahanya, satu diantaranya adalah Ibu Citra yang menjadi pembuat tahu tempe karena turun temurun, yang bahkan orang tua dari suaminya juga menggeluti bisnis yang sama. Ibu Citra menerangkan bahwasanya dirinya-lah yang membuat barang yang kemudian akan dijual oleh suaminya di pasar.

Masyarakat disini juga memiliki partisipasi serta antusias akan kegiatan yang diselenggarakan di daerah tersebut, seperti saat kami melakukan kegiatan disana, para warga terlihat sangat bersemangat dan antusias akan hal tersebut hingga kegiatan yang kami laksanakan menjadi sangat mudah untuk dilaksanakan karena hangatnya para warga setempat. 

Konsep berkelanjutan dari desa yang kami kunjungi ini juga sangat jelas terlihat, usaha dari pembuatan tahu dan tempe ini sendiri sudah ada sejak 1954 tahun yang lalu, tahun dimana pemerintah menyatukan produksi tahu dan tempe ini dalam satu tempat. Hingga dapat dikatakan bahwa mata pencaharian yang dijadikan mayoritas oleh masyarakat setempat ini sudah lama adanya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline