Lihat ke Halaman Asli

Tiara Alfi H

Tiara Alfi

Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Kesehatan Mental dan Pola Belajar pada Anak

Diperbarui: 19 Februari 2021   12:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Munculnya pandemi Covid-19 di dunia, termasuk Indonesia menimbulkan banyak permasalahan, salah satu permasalahannya ialah mengenai kesehatan mental. Masalah kesehatan mental tentu bukan hanya seputar orang dewasa saja, tetapi pada anak-anak juga harus diperhatikan terlebih pada saat pandemi Covid-19 akhir-akhir ini. Pandemi Covid-19 membuat beberapa aktivitas tidak bisa dilakukan sebagai contoh kegiatan belajar, mau tidak mau berlangsung dari rumah. Hal tersebut membuat anak-anak menjadi tambah merasa bosan. Yang dimana seharusnya kebutuhan mereka akan lebih baik jika dilakukan dengan belajar sambil bermain dan bersosialisasi kepada teman sebayanya. Maka, sebagai orang tua harus mampu mencari cara lain agar anak-anak mereka tidak merasa bosan yaitu dengan cara meningkatkan frekuensi dan kualitas bermain dengan anak atau mengajak anak untuk mengunjungi saudara yang usianya sama agar anak tersebut bisa bermain dan belajar bersama.

Di masa pandemi saat ini, tidak jarang banyak orang tua yang lebih fleksibel dalam pemberian gadget pada anak, karena orang tua menganggap bahwa pemberian gadget itu lebih mudah dan sangat membantu orang tua untuk mengisi rasa bosan yang dialami oleh anak. Namun, hal tersebut seringkali membuat para orang tua lupa bahwa anak-anak mereka juga sangat membutuhkan kehadiran orang tua mereka baik untuk mengedukasi atau hanya bermain bersama mereka. Pemberian gadget ini dapat menyebabkan penurunan minat belajar anak. Seharusnya pemberian gadget pada anak bisa dimanfaatkan oleh para orang tua untuk dapat lebih dekat dengan anak mereka. Para orang tua juga dapat memberikan pemahaman mengenai apa yang anak-anak  mereka saksikan dan mengambil sisi edukasi untuk diterapkan di kehidupan nyata. Memang tidak salah, para orang tua menghilangkan rasa bosan anak-anak mereka dengan memperbolehkan penggunaan gadget. Namun, para orang tua perlu mengawasi anak dan memberikan jadwal kapan anak diperbolehkan menggunakan gadget. Selain itu, cara lain untuk menghilangkan rasa bosan pada anak yakni dengan bermain bersama, membaca buku bersama, mengerjakan tugas bersama maupun melakukan aktivitas lainnya bersama anak.

Dalam uaian diatas sudah jelas bahwa dimasa pandemi covid saat ini dapat memberikan rasa bosan pada anak. Ketika gadget menjadi alasan untuk menghilangkan rasa bosan pada anak, maka perkemangan sosial pada anak akan menjadi terhambat, bahkan pola fikir yang seharusnya lebih sering digunakan untuk belajar, pada realitanya pola fikir anak tersebut lebih sering digunakan untuk bermain gadget. Hal inilah mengapa kebanyakan anak di zaman sekarang sulit untuk meminati kegiatan belajar, karena semasa kecilnya sudah di kenalkan dengan teknologi yang seharusnya dibatasi penggunaannya bagi anak dibawah umur, hal ini dilakukan agar anak tersebut tidak kecanduan dalam bermain gadget, yang hingga pada akhirnya menjadi malas untuk belajar karena sudah terlalu nyaman dengan teknologi yang ia kenal di zaman sekarang.

Melihat fenomena ini, mirisnya perkembangan belajar anak generasi milenial di tengah pandemi covid-19. Jika kita lebih mengamati lagi, banyaknya guru yang kurang memerhatikan anak muridnya dalam meningkatkan perkembangan belajarnya, seperti contohnya; seorang guru kerap tidak menjelaskan materi sekolah pada anak muridnya, sehingga anak tersebut tidak paham akan materi yang diberikan oleh gurunya, dan juga sering kali seorang guru hanya memberikan soal tanpa dijelaskan terlebih dahulu, hal inilah yang membuat kebanyakan orang tua menjadi kewalahan dan sedikit stres dalam menghadapi perkembangan belajar pada anaknya.
Namun, tidak semua orang tua mampu mengajarkan anaknya dalam  memahami materi yang telah diberikan oleh gurunya. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang seorang anak merasa tertekan ketika menghadapi tugas yang diberikan oleh gurunya dan berusaha untuk memahami materi yang diberikan. Itulah mengapa kebanyakan orang tua memilih untuk membayar guru privat demi membantu mengajarkan anak tersebut dalam belajar. Dalam proses belajar, alangkah lebih baiknya jika seorang guru privat tersebut dapat membimbing muridnya dalam belajar sambil bermain. Hal ini dilakukan agar proses belajar si anak tersebut menjadi tidak bosan dan menyenangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline