Lihat ke Halaman Asli

Tiara Romadhini Lestari

PNS/Bidan Puskesmas Wonorejo Kota Samarinda

Kontrasepsi Pascapersalinan

Diperbarui: 13 Juni 2022   21:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Kembalinya kesuburan perempuan pada keadaan pasca persalinan tidak terduga dan kadang dapat terjadi sebelum datangnya menstruasi. Rata-rata pada ibu yang tidak menyusui, ovulasi terjadi pada 45 hari pasca persalinan atau lebih awal dan 2 dari 3 ibu yang tidak menyusui akan mengalami ovulasi sebelum datangnya menstruasi.

Lebih dari 95% ibu pascapersalinan ingin menunda kehamilan berikutnya paling sedikit 2 tahun lagi, atau bertujuan untuk menjaga jarak kehamilan berikutnya atau membatasi jumlah anak yang dilaksanakan dalam masa nifas.

KB Paska Persalinan adalah pemanfaatan atau penggunaan alat kontrasepsi langsung sesudah melahirkan sampai 6 minggu atau 42 hari sesudah melahirkan.

Prinsip pemilihan metode kontrasepsi sesuai pilihan pasangan suami istri, sesuai indikasi, dan tidak mempengaruhi produksi Air Susu Ibu.

Mengapa perlu ikut ber KB?

  • Mengatur jarak dan mencegah kehamilan agar tidak terlalu dekat (minimal 2 tahun setelah melahirkan). Mengatur jumlah anak agar ibu tidak terlalu sering melahirkan (sebaiknya tidak lebih dari tiga)
  • Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
  • Menjaga dan meningkatkan kesehatan ibu, bayi dan balita.
  • Ibu memiliki waktu dan perhatian yang cukup untuk dirinya sendiri, anak dan keluarga

 Metode kontrasepsi jangka panjang:

 Metode kontrasepsi jangka panjang sangat efektif untuk jangka waktu yang lebih lama.

1. Metode Operasi Wanita (MOW)

Tubektomi merupakan metode kontrasepsi mantap bagi pasangan yang ingin membatasi jumlah anak. Bagi ibu yang bersalin dengan Sectio Caesaria, tubektomi dapat dilakukan sesaat setelah bayi dikeluarkan. Bagi ibu yang bersalin secara normal, tubektomi dapat dilakukan dengan teknik laparoskopi (bedah di rongga perut dengan sayatan minimal). Harus dipertimbangkan sifat permanen kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi).Tubektomi dapat dilakukan maksimal 1 minggu pasca persalinan. Lewat dari waktu tersebut, tubektomi paling cepat dilakukan 4 minggu setelah persalinan. Tubektomi tidak akan mengganggu produksi ASI, sehingga dapat digunakan bagi ibu menyusui.

2. Metode Operasi Pria (MOP)

MOP merupakan metode kontrasepsi mantap yang ditujukan untuk pria bagi pasangan yang ingin membatasi jumlah anak. MOP dapat dilakukan kapan saja dan tidak efektif segera (WHO menyarankan kontrasepsi tambahan selama 3 bulan setelah prosedur, kurang lebih 20 kali ejakulasi), atau dengan kata lain menjadi lebih efektif setelah 3 bulan pasca prosedur.

3. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/ spiral/ IUD)

IUD merupakan metode pilihan kontrasepsi jangka panjang yang efektif hingga 5-10 tahun (tergantung jenisnya). IUD dapat dipasang 10 menit setelah plasenta terlepas dari rahim atau maksimal 48 jam pasca persalinan. Lewat dari waktu tersebut, paling cepat dilakukan 4 minggu setelah persalinan dengan menggunakan AKDR copper T, sedangkan jenis noncopper memerlukan penundaan sampai 6 minggu pasca persalinan.

IUD tidak mengganggu produksi ASI, sehingga dapat digunakan bagi ibu menyusui. Efek samping yang dapat terjadi adalah perubahan pola atau jumlah haid, nyeri perut, dan peningkatan cairan (sekret) vagina.

4. Implan (Alat Kontrasepsi Bawah kulit)

Pemasangan implan disarankan 4 minggu pasca persalinan. Metode ini tidak menggangu produksi ASI, sehingga dapat digunakan bagi ibu menyusui. Efek samping yang dapat muncul adalah perubahan pola atau jumlah haid, peningkatan berat badan, nyeri kepala, mual, dan perubahan mood. Jangka waktu penggunaan 3 tahun.

Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang:

Non metode kontrasepsi jangka panjang sangat efektif dengan pemakaian yang benar dan perlu pengulangan.

1. Kontrasepsi suntikan progestin/ Depo Medroxy Progesteron Acetat (DMPA)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline