Aktivitas manusia di sekitar perairan dapat menghasilkan limbah dari pembuangan limbah industri, limbah rumah tangga maupun kegiatan masyarakat lainnya yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan dan daya dukung lingkungan yang nantinya akan berpotensi terhadap terjadinya pencemaran lingkungan air.
Saat ini limbah rumah tangga bukan menjadi hal yang asing karena di setiap pemukiman akan menghasilkan limbah rumah tangga. Limbah rumah tangga yang dihasilkan umumnya berupa bahan-bahan organik dan bahan anorganik namun juga terdapat bahan-bahan lain yang berbahaya jika masuk ke perairan. Perairan yang banyak mengandung bahan organik dan anorganik dapat menyebabkan eutrofikasi atau penyuburan sehingga terjadi blooming alga tertentu. Umumnya alga yang mengalami blooming adalah alga yang beracun. Blooming tersebut sering kali menyebabkan kematian massal pada biota perairan misalnya ikan. Masalah lain yang disebabkan oleh limbah rumah tangga adalah pencemaran air sehingga kualitas air menjadi menurun. Akibatnya ketersediaan air bersih berkurang dan sulit untuk mendapatkan air bersih.
Dalam menangani pencemaran perairan oleh limbah tersebut tak banyak pihak yang melibatkan bahan kimia di dalam prosesnya. Bahan kimia yang digunakan seperti A12(SO4)3, FeSO4Cl, Fe2(SO4)3 dan klorin serta penjernih lainnya yang berbahaya bagi tubuh manusia. Penggunaan bahan kimia ini akan berdampak buruk bagi lingkungan karena dapat mengganggu ekosistem perairan.
Terdapat beberapa cara untuk menangani pencemaran pada air yang ramah bagi lingkungan. Salah satunya adalah penggunaan hydrophyte eperti eceng gondok (Eichornia crassipes) yang memiliki sifat akumulatif dalam penyerapan logam berat untuk mengurangi pencemaran oleh logam berat di perairan.
Menurut Azizah (2016) eceng gondok merupakan gulma air yang memiliki banyak kegunaan seperti menyerap berbagai zat yang berbahaya yang mencemari perairan seperti logam beracun, cemaran organik, buangan industri, buangan pertanian dan buangan rumah tangga. Enceng gondok (Eichornia crassipes) merupakan herba yang mengapung, menghasilkan tunas merayap yang keluar dari ketiak daun yang dapat tumbuh lagi menjadi tumbuhan baru dengan tinggi 0,4-0,8 tumbuhan ini memiliki bentuk fisik berupa daun-daun yang tersusun dalam bentuk radikal (roset). Setiap tangkai pada helaian daun yang dewasa memiliki ukuran pendek dan berkerut. Helaian daun (lamina) berbentuk bulat telur lebar dengan tulang daun yang melengkung rapat panjang 7-25 cm, gundul dan warna daun hijau licin mengkilat.
Menurut Zahro & Nisa (2020) Fitoremediasi adalah metode untuk mengurangi, mendegradasi, atau mengisolasi bahan pencemar di lingkungan dengan menggunakan pengaplikasian tanaman dan mikroorganisme. Adanya penggunaan tanaman menjadikan teknik fitoremediasi lebih ramah lingkungan dan mampu menambah estetika serta murah dan mudah diterapkan. Salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam proses fitoremediasi adalah eceng gondok (Eichornia crassipes). Eceng gondok mampu tumbuh pada perairan tercemar dan mampu menghasilkan biomassa.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nadhifah, et al. (2019), fitoremediasi menggunakan eceng gondok pada air limbah domestik setelah 12 hari perlakuan menunjukkan penurunan kadar BOD dari 7 ppm menjadi 1,6 ppm atau sekitar 77% sedangkan kadar TDS dari 397,5 ppm menjadi 258 ppm atau sekitar 35%. Penelitian lain yang dilakukan oleh Siswoyo, et al. (2020) menunjukkan bahwa eceng gondok memiliki kemampuan yang sangat baik dalam menurunkan pencemaran air limbah industri dimana mampu menurunkan kadar BOD, COD dan TSS masing-masing sebesar 97,9%, 84,4% dan 99,9% menggunakan fitoremediasi tipe Constructed Wetlands. Penurunan BOD dan COD secara efektif juga terlihat pada penggunaan eceng gondok sebagai fitoremediasi pada limbah cair dimana penurunan BOD mencapai 52,12% dan COD mencapai 70,83% (Ningrum et al., 2020). Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa fitoremediasi menggunakan tanaman eceng gondok memiliki rata-rata efektivitas penurunan BOD sebesar 72,71%, TDS sebesar 35%, COD sebesar 73%, dan TSS sebesar 99,9%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fitoremediasi menggunakan tanaman eceng gondok efektif menurunkan BOD, TDS, COD, dan TSS.
Pemilihan eceng gondok dalam penerapan teknologi fitromediasi karena memiliki kemampuan untuk menyerap kontaminan. Berdasarkan kajian literasi, fitoremediasi menggunakan tanaman eceng gondok efektif untuk mereduksi limbah domestik dan Pb. Fitoremediasi menggunakan tanaman eceng gondok dapat menurunkan kadar BOD, TDS, COD, TSS, kandungan Pb dalam air limbah, serta mampu menyeseuaikan pH baik menaikkan ataupun menurunkan pH air menjadi berkisar 6-9.
Penerapan teknologi fitromediasi dengan menggunakan eceng gondok banyak mendatangkan dampak positif bagi kehidupan baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang karena mampu menjaga ketersediaan air bersih dan menanggulangi pencemaran air akibat dari logam berat.
Referensi:
Azizah, N. (2016). Potensi Fitromediasi Eceng Gondok (Eichornia crassipes) Dalam Mereduksi Logam