Nama : Tiara
Kelas : MBS II E
Penyebaran Virus Corona ini pada mulanya sangat berdampak pada dunia ekonomi yang mulai lesu, akan tetapi kini dampaknya juga dirasakan oleh dunia pendidikan. Kebijakan yang diambil oleh banyak negara, termasuk Indonesia dengan menjadikan seluruh aktivitas pendidikan, membuat pemerintah dan lembaga terkait harus menghadirkan alternative sebagai proses pendidikan bagi peserta didik maupun mahasiswa yang tidak bias melaksanakan proses pendidikan pada lembaga pendidikan.
Virus Corona bias menyrbabkan gangguan ringan pad system pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian. Virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menularkan ke manusia. Walaupun lebih banyak menyerang lansia, virus ini sebenarnya bisa menyerang siapa saja, mulai dari bayi, anal-anak. Hingga orang dewasa, termasuki ibu hamil dan ibu menyusui.
Meledaknya jumlah penyebaran virus ini, membuat rumah sakit dan para tenaga medis menjadi kewalahan dalam menangani berbagai pasien, dan yang lebih memprihatinkan adalah karena kurangnya APD (Alat Pelindung Diri) yang dimiliki oleh rumah akit yang membuat beberapa Dokter dan tenaga medis lainnya ikut terpapar dan meninggal dunia.
Rumitnya pengobatan virus ini , membuat para pemerintah dunia juga menggerakkan sebuah kebijakan untuk mencegah rantai virus ini. Tidak seperti negara-negara lain, yang melakukan kebijakan lockdown Indonesia justru mengambil kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Skala Besar), kebijakan ini dibuat juga mempertimbangkan dampak dan pengaruh yang ditimbulkan agar tidak sebesar jika lockdown dilakukan. Kebijakan ini yang dilakukan oeleh pemerintah adalah seperti Sosial Distancing dan Physical Distancing, membatasi interaksi social dengan orang lain, mengurangi kegiatan di luar rumah saja.
Dampak negatif corona bagi dunia pendidikan
- Tidak ada pembelajaran di ruang kelas
- Seperti yang sudah diketahui bahwa proses pembelajaran tidak diadakan ini karena dampak corona bagi pendidikan yang paling jelas terlihat dan dapat dirasakan oleh semua orang. Hal ini dilakukan guba menaati peraturan pembatasan social berskala besar (PSBB) yang dibuat oleh pemerintah, agar dapat menekan penyebaran virus corona. Meskipun begitu, pembelajaran tetap berjalan secara online. Baik murid atau mahasiswa dan juga guru atau dosen beradaptasi dengan situasi ini.
- Kesenjangan sumber daya
- Saat semua jenis pembelajaran dari rumah dilakukan secara online, besar kemungkinan terdapat kesenjangan tdari segi fasilitas. Banyak murid yng selama ini bergantung pada fasilitas pendidikan yang disediakan oleh sekolah dan juga kampus. Pasalnya, tidak semua murid atau mahasisswa yang memiliki fasilitas yang memadai. Baik itu gadget, konekdi internet, atau bahkan listrik. Apalagi, murid dan mahasiswa yang tinggal di daerah 3T ( Terdepan, Terluas, Terluar) sulit mendapatkan fasilitas pendukung pembelajaran online.
- Proses belajar terasa lebih berat
- Beberapa murid dan mahasiswa bahwa pembelajaran dari rumah terasa lebih berat dari sebelumnya. Berdasarkan riset yang diakukan oleh The Conversation, bebrapa orang tua murid menyarankan agar pembelajaran jarak jauh tidak terbatas pada pemberian tugas saja. Ada baiknya jika sesi penyampaian materi juga diperbanyak, agar murid dapat benar-benar merasa seperti belajar dan tidak hantua diberi tugas saj.
- Meningkatnya risiko bahaya
- Dilansir dari UNICEF, meningkatnya waku belajar dan bersosialisasi secara online di internet dapat meningkatkan risiko berbahaya. Khususnya untuk murid pendidikan dasar ( Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama). Beberapa risiko tersebut antara lain cyberbullying, juga konten negative yang tersebar di internet berpotensi membahayakn anak.
Di Indonesia sendiri penderita positif corona juga terus bertambah. Dengan bertambahnya penderita ini, maka telah memberikan efek negative yang lebih besar terhadap sektor pendidikan di dalamnya. Untuk itu meredam dampaknya, maka dibutuhkan langkah-langkah strategis. Hal ini perlu dilakukan oleh pemerintah cepat dan tepat.
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah memberikan edukasi kepada para siswa dan praktis pendidiakn. Ini bisa dilakukan dengan sosialisasi secara intensif oleh dinas kesehatan tentang virus corona itu sendiri, baik dari aspek pencegahannya maupun cara menyikapinya dengan wawasan ini diharapkan dapat mengurangi efek kekawatiran berlebih yang dapat menyebabkan dampak traumatis pada diri siswa dan tentu juga para gurunya,
Langkah kedua adalah perlu menyiapkan tim khusus dari para psikologi untuk melakukan pendampingan terhadap para siswa baik secara kolektif maupun individu, khususnya terhadap sekolah-sekolah yang berada di wilayah terdampak virus. Terkhususnya lagi untuk para siswa yang gagal melakukan program yang diimpkan dan dinantinya seperti kegiatan perlombaan di tingkat internasional atau studi komparatif di luar negeri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H